Jumat, 03 Mei 2013

ANGEL :) part 2


tittle: ANGEL [2]
cast: Choi Jinri a.k.a Sulli
-Oh Sehun
-Jung Soo Jung a.k.a Krystal
-Xi Luhan
-Kim Jongin
-Park Chanyeol
genre: roman(?)
length: chaptered
     Saat sedang asyik membaca komik, tiba-tiba Kai menepuk punggungku keras dari belakang yang membuat jantungku hampir copot.
“ya! Kau ingin aku mati muda ya?” tanyaku sebal.
“masih pagi, jangan marah-marah. Nanti kau cepat tua.” Ejek Kai.
“ada apa?” tanyaku seraya melanjutkan membaca.
“tidak, bagaimana dengan Jinri?” tanya Kai.
“bagaimana apanya? Aku sama sekali belum bertemu dengannya.” Jawabku setelah menutup komikku.
“dia masih sama seperti dulu. Selalu jadi Sulli yang polos.” Gumam Kai.
“apakah dia bagus dalam bernyanyi?” tanyaku penasaran.
“ya begitulah, dulu saat dia dan Krystal mendapat tugas kelompok paduan suara mereka menampilkan performs yang menawan. Mereka menyanyikan satu lagu dalam 2 versi. Ketika Krystal, melodi berubah menjadi hip hop. Sedangkan saat Sulli, melodi menjadi balada. Dan mereka menyanyikan dengan gaya sendiri-sendiri. Dari situ aku tau kalau mereka memiliki bakat nyanyi. Tapi ternyata Sulli mengambil jurusan drama.” Jelas Kai panjang lebar.
“gadis itu semakin membuatku penasaran saja.” Gumamku tanpa sadar
***
Sesampainya dirumah aku melihat Luhan Hyung sedang asyik bermain PS3 dengan Suho Hyung teman satu kampusnya. Sampai dia tidak sadar aku sudah pulang. Aku berjalan menuju kamar dan menghempaskan diriku di ranjang.
Hari ini sangat melelahkan, Kim Seongsaenim mengadakan ulangan dadakan selama 2 jam yang hampir membuat separuh dari rambutku akan rontok. Aku memang paling lemah di sastra Korea. Entah kenapa.
Aku menuju dapur dan mengambil segelas air mineral. Kurasa aku dehidrasi. Lalu aku berjalan menghampiri Luhan dan Suho Hyung.
“kalian terlihat sangat asyik.” Komentarku seraya mencomot brownies di meja.
“Sehun-ah, kau sudah pulang.” Jawab Luhan Hyung dengan terus memperhatikan gamesnya.
“kau ingin main?” tanya Suho Hyung.
“aniya, aku lelah. Aku hanya ingin melihat kalian saja.” Jawabku sambil terus memperhatikan permainan mereka.  Saat aku mulai tegang dengan game Luhan dan Suho Hyung, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
Aku membuka dan membacanya
Annyeonghaseyo, apakah ini Oh Sehun?
Choi Jinri imnida, aku  ingin mengembalikan hoodiemu
Yang kau pinjamkan saat di kedai bubble tea beberapa hari  yang lalu.

Beberapa kali aku berkedip, mungkin saja aku salah membaca nama pengirimnya.  Ah tidak, ini benar-benar Jinri.
“yeayy!” jeritku tanpa sadar.
“ya! Kau ini membuyarkan konsentrasiku saja. Hasshh.” Celetuk Luhan Hyung yang berhasil di kalahkan oleh Suho Hyung.
“mianhae.” Jawabku cengengesan. Lalu membalas pesan Jinri.
Ya benar, aku Sehun.
Bagaimana kalau kita bertemu di kedai bubble tea yang kemarin?

Beberapa saat kemudian pesan dari Jinri kembali masuk.
Baiklah, kapan kau bisa kesana?
Aku membalasnya dengan kilat.
Aku kapan saja bisa kecuali sedang kuliah.
Kalau sekarang apa kau bisa?

Jinri membalas pesanku sedikit  lama.
Baiklah, aku tunggu kau disana.
Aku langsung meloncati sofa dan berlari ke kamar untuk berganti pakaian. Ah tidak kusangka aku akan berkencan dengan Jinri hari ini.
***
Setelah memarkir mobil, aku langsung memasuki kedai bubble tea langgananku. Myunji menyambutku dengan senyum khasnya dari balik meja kasir. Aku mengedarkan pandangan mencari dimana Jinri. Ternyata dia duduk di tempatnya dulu. Dia mengenakan jins biru panjang dan sweater merah. Lalu aku menghampirinya.
“sudah lama menunggu?” tanyaku langsung.
“ah tidak, aku baru saja sampai.” Jawabnya tersenyum.
“Oh syukurlah.” Jawabku kaku. Aku tidak tau ingin menjawab apa lagi. Tak lama Myunji datang membawa buku menu.
“silahkan, ingin pesan apa?” tanyanya ramah.
“seperti biasa saja.” Jawabku otomatis.
“aku ingin Iced Cappucino saja.” Jawab Jinri setelah membuka-buka buku menu.
“baiklah, pesanan akan diantar segera.” Jawab Myunji tersenyum lalu pergi.
“kau sering kesini?” tanya Jinri.
“ah iya, hampir setiap hari aku kesini.” Jawabku.
bubble tea disini memang enak.” Komentarnya.
“kau kuliah di Kyunghee University ya?”
“iya, dari mana kau bisa tau?”
“hngg, aku.. aku pernah melihatmu disana.”
jinjja? Kau juga kuliah disana? jurusan apa?”
“aku jurusan hukum.”
“aku juga punya teman kuliah jurusan hukum.”
“benarkah? Siapa?”
“ne, namanya Kim JongIn, tapi biasa di panggil Kai.”
“ah, dia juga temanku. Bahkan hampir setiap kelas kami bersama.” Dan perbincangan pun berlanjut sampai malam.
Akhirnya aku mengantar Jinri pulang. Dan akhirnya pun aku tau dimana dia tinggal. Dia gadis yang cerdas, pengetahuannya begitu luas. Jadi kita berbicara apapun tetap nyambung. Dia juga sopan. Ah, aku semakin menyukainya.
***
Sejak kejadian “dikembalikannya hoodieku” aku dan Jinri menjadi lebih sering SMS-an. Dia benar-benar gadis yang menawan. Sebelumnya aku belum pernah menyukai gadis sampai seperti ini.
Hari ini, aku sudah membuat janji dengan Jinri, aku akan mengajaknya ke sungai Han. Dan sekarang aku sudah berada di perjalanan.
Jinri tampak cassual dengan jins hitam dan t-shirt yang di balut dengan baju musim dingin biru. Rambutnya di kucir kuda. Dan dengan olesan make up yang sangat tipis. Aku menyusuri sungai Han bersamanya dengan segelas Hot Moccacino.
Jinri menceritakan bagaimana dulu ia latihan drama untuk pertunjukan pertama kalinya saat kuliah, dan di pentaskan di sungai han ini. Dia tidak begitu pendiam menurutku. Hanya saja, Jinri memang tidak terlalu terbuka dengan orang yang tidak dia kenal.
“kau ingin makan kue ikan? Aku tau dimana tempat kue ikan yang sangat enak.” Ajakku.
Jinri menoleh ke arahku “jinjja? Aku sangat suka kue ikan. Tentu aku mau.” Jawabnya sumringah. Ah, eyes smilenya membuatku membeku.
Aku mengajak Jinri ke kedai jajanan ringan. Aku sudah mengenal baik Ahjussi penjualnya. Aku sering kesana sejak aku SD.
“bagaimana? Enak?” tanyaku, saat kue ikan sudah di tangan Jinri.
“mmm, kau hebat. Bisa menemukan kedai kue ikan selezat ini.” Jawabnya seraya melahap beberapa potong kue ikan favoritnya.
Aku tersenyum geli “mungkin kalau seminggu kau bersamaku, berat badanmu bisa naik drastis.” Kataku saat melihat betapa lahapnya Jinri.
wae?” tanya nya bingung.
“aku banyak tau tentang kedai-kedai makanan atau minuman yang paling enak se Korea Selatan ini.” Jawabku terkekeh.
“ah, iya. Mungkin badanku bisa lebih besar dua kali lipat.” Jawab Jinri tertawa.
Setelah kedai kue ikan, aku mengajak Jinri menyusuri sungai Han dengan perahu yang sudah disediakan. Aku melihat banyak lampion berterbangan, karena hari ini kebetulan tepat tanggal 14 Februari.
Nanti, tepat jam 12, akan diterbangkan lampion raksasa yang berbentuk hati. Berwarna merah, merah muda, dan keemasan. Ah pasti indah sekali.
“kau ingin menunggu lampion raksasa?” tanyaku seraya menatap ratusan bintang yang bertaburan di langit.
“sebenarnya aku sangat ingin  melihatnya, Sehun-ah. Tapi, aku tidak bisa malam ini. Karena aku harus menyelesaikan tugasku. Hash, aku pasti akan sangat menyesal.” Jawab Jinri kecewa. Terlihat sekali kekecewaan di bola matanya.
“sudahlah, tuntaskan saja dulu tugasmu. Lampion raksasa kan, bisa di lihat di lain waktu.aku janji akan memperlihatkanmu sebujah lapion raksasa nanti.” Jawabku tersenyum.
“hmm. Gomawo.” Jawab Jinri memaksakan diri untuk tersenyum.
***
Aku lebih sering pulang kampus bersama Jinri. Kadang aku menjemputnya. Atau kadang juga aku bertemu dengannya di parkiran.
Kai dan ChanYeol lebih sering mengejekku jika bertemu, mereka memang tau kalau aku dengan Jinri sudah semakin dekat.
“Sehun-ah, apa kau membawa buku sejarah?” tanya ChanYeol tiba-tiba.
“buku sejarahku dipinjam Kai kemarin. Kau telat meminjam.” Jawabku.
“Yah. Yasudahlah, aku pergi dulu.” Kata ChanYeol kemudian. “eh, bagaimana kau dengan Sulli?” lanjutnya.
“kau ini. Tadi bilang ingin pergi. Sekarang malah bertanya. Biasa saja, kami hanya berteman.” Jawabku santai.
“berteman? Yakin hanya teman? Mengapa begitu romantis?” tanyanya lagi.
“romantis? Kapan aku beromantis ria dengannya?” aku balik bertanya karena bingung.
“semua orang juga tau kalau kalian adalah pasangan yang romantis. Tetapkanlah hubungan kalian. Jangan suka menggantung wanita!” jawab ChanYeol cengengesan. What the???
“apa orang-orang tau kalau aku sedang dekat dengan Jinri?” lagi-lagi aku bertanya balik.
“siapa sih yang tidak tau? Gadis idola jalan berdua dengan lelaki idola juga? Kalian kan sama-sama terkenal. Ya wajar kalau gosip sudah menyebar. Jadi, kapan kau akan menetapkan hubunganmu?”
“ngg, entahlah, kurasa belum waktunya.”
“dasar lelaki jadi-jadian!”
ya! Kau bicara apa, hah?”
“LELAKI JADI-JADIAN!!” tegas ChanYeol  nyaring. Aku memasang wajah super tidak enak.
“kalau kau laki-laki tulen. Kau tidak akan menggantung wanita!” lanjut ChanYeol semakin tegas.
“seminggu lagi, kau akan mendengar kabar yang paling heboh. Lihat saja nanti!” jawabku lalu beranjak pergi.
“ku tunggu, Sehun-ah!!!” terdengar suara teriakkan ChanYeol.
***
Aku jadi sering memikirkan ucapan ChanYeol tadi. Hash, anak itu. Apa benar aku menggantung Jinri sekarang? Apa dia juga menyukaiku? Aku takut kalau pada kenyataannya dia hanya menganggapku teman saja.
Saat sedang memikirkan ucapan ChanYeol tadi dan aku pusing tiba-tiba bel berbunyi. Siapa malam-malam begini datang keapartemenku. Aku beranjak dari sofa dan membuka pintu.
“apa kau sedang sibuk?” tanya Kai dari balik pintu.
“ah, kau. Tidak aku sedang tidak ada kerjaan. Ada apa?” tanyaku.
“aku hanya ingin mengembalikan buku ini.” Jawab Kai seraya memberikan buku sejarah yang dipinjamnya.
Lalu aku mengambil buku itu “ayo masuk dulu.” Ajakku. Lalu Kai mengikutiku dari belakang.
“kau kenapa?” tanya Kai memperhatikan wajahku.
“kenapa apanya?” tanyaku bingung.
“raut wajahmu seperti sedang bingung.” Jawab Kai. Anak ini tau saja kalau aku tidak seperti biasanya.
“iya, aku sedang pusing.
“kenapa? Kau sakit?”
“aniya. Aku pusing memikirkan sesuatu.” Jawabku lesu.
“tentang apa? Tentang Sulli?” tebak Kai lagi.
“hmm.” Jawabku lalu bangkit menuju dapur.
Aku menaruh 2 kaleng Coffee Cool. Kai sedang mengamati kartun di TV.
“apa sih yang membuatmu pusing? Coba ceritakan padaku.” Tanya Kai tak melepas pandangannya dari TV. Lalu aku menceritakan kejadian tadi siang.
“kalau menurutku kau sedang takut jatuh cinta.” Kata Kai seraya meminum coffee cool.
“Sehun-ah, kau tidak akan pernah tau bagaimana perasaan Sulli kalau kau tidak pernah bertanya.”
“lalu, apa aku harus bertanya? Jika dia sudah menjawab apa yang harus aku lakukan?”
“ya kau tidak harus bertanya seperti mengintrogasi. Ungkapkan saja apa yang ada dalam hatimu. Jangan sampai karena keputusanmu yang terlalu terbelit-belit Sulli malah enggan. Wanita itu tidak suka menunggu. Apalagi Sulli adalah bintang kampus. Banyak yang suka dengannya.
“sudah cantik, pintar, multi talenta, ramah. Apa coba yang kurang? Dia juga bukan tipe wanita yang sama siapa saja mau. Dia jarang sekali mau dekat dengan laki-laki. Jadi menurutku dia juga menyukaimu.” Jelas Kai panjang lebar.
Aku berfikir sejenak, jika yang di katakan Kai benar. Aku harus secepatnya membuat rencana. “tapi, apa kau yakin?” tanyaku ragu.
“aku tidak bisa memberi kepastian. Tapi menurutku, menurut apa yang ku lihat aku yakin.” Jawabnya seraya menonton kartun lagi. Yah, baiklah. Aku akan menyusun rencana.
***
Sudah 3 hari ini aku tidak bertemu dengan Jinri. Bahkan aku tidak smsan atau telponan dengannya. Tapi bukan berarti aku lost contact. Kalau dia sms, aku balas. Hanya saja singkat. Aku benar-benar merindukannya.
Sepulang kuliah, aku mengirimnya pesan singkat:
Jinri-ah, apa kau bisa menemuiku di sungai Han hari sabtu pukul 6 sore? Aku harap kau datang.

Beberapa menit kemudian ada balasan pesan dari Jinri.
Baiklah, sampai bertemu di hari sabtu.
Lega, sekarang tinggal memantabkan rencanaku. Tanpa kusadari aku tersenyum lega.
“kau kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Luhan Hyung yang sedang mengemudikan mobil.
“aniya.” Jawabku singkat. Luhan Hyung hanya mengangkat bahunya lalu fokus lagi dengan jalanan.
***
Sabtu... Sungai Han~
17.45 KST~
Aku menunggu Jinri di sebuah kedai di dekat sungai Han. Keadaan disini sangat dingin. Aku menunggu Jinri dengan hatiku yang berdegup kencang. Waktu terasa cepat sekali berputar. Sekarang Jinri sudah melangkah di depanku dengan dress biru tosca dan blazzer hitam serta wedges hitam. Malam ini dia cantik sekali. Ah, menurutku dia cantik setiap saat.
“maaf aku telat. Tadi dompetku ketinggalan dan aku harus kembali” kata Jinri lalu duduk di depanku.
gwenchana.” Jawabku tersenyum.
“Jinri-ah, kau pernah bilang kan, kalau kau sangat ingin melihat lampion saat valentine kemarin?” tanyaku. Jinri mengangguk mantab.
“kalau begitu ayo ikut aku.” Ajakku lalu bangkit.
“kemana?” tanya Jinri bingung.
“sudah ikut saja.” Aku menggandeng tangan Jinri. Mengajaknya ke pinggir sungai Han. Suasana disini ramai.
“Jinri-ah.. aku tau ini norak, tapi ak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar