Aku langsung
meloncati sofa dan berlari ke kamar untuk berganti pakaian. Ah tidak kusangka
aku akan berkencan dengan Jinri hari ini.
***
Setelah memarkir
mobil, aku langsung memasuki kedai bubble
tea langgananku. Myunji menyambutku dengan senyum khasnya dari balik meja
kasir. Aku mengedarkan pandangan mencari dimana Jinri. Ternyata dia duduk di
tempatnya dulu. Dia mengenakan jins biru panjang dan sweater merah. Lalu aku
menghampirinya.
“sudah lama
menunggu?” tanyaku langsung.
“ah tidak, aku
baru saja sampai.” Jawabnya tersenyum.
“Oh syukurlah.”
Jawabku kaku. Aku tidak tau ingin menjawab apa lagi. Tak lama Myunji datang
membawa buku menu.
“silahkan, ingin
pesan apa?” tanyanya ramah.
“seperti biasa
saja.” Jawabku otomatis.
“aku ingin Iced Cappucino saja.” Jawab Jinri
setelah membuka-buka buku menu.
“baiklah, pesanan
akan diantar segera.” Jawab Myunji tersenyum lalu pergi.
“kau sering
kesini?” tanya Jinri.
“ah iya, hampir
setiap hari aku kesini.” Jawabku.
“bubble tea disini memang enak.”
Komentarnya.
“kau kuliah di
Kyunghee University ya?”
“iya, dari mana
kau bisa tau?”
“hngg, aku.. aku
pernah melihatmu disana.”
“jinjja? Kau juga kuliah disana? jurusan
apa?”
“aku jurusan
hukum.”
“aku juga punya
teman kuliah jurusan hukum.”
“benarkah?
Siapa?”
“ne, namanya Kim
JongIn, tapi biasa di panggil Kai.”
“ah, dia juga
temanku. Bahkan hampir setiap kelas kami bersama.” Dan perbincangan pun
berlanjut sampai malam.
Akhirnya aku
mengantar Jinri pulang. Dan akhirnya pun aku tau dimana dia tinggal. Dia gadis
yang cerdas, pengetahuannya begitu luas. Jadi kita berbicara apapun tetap
nyambung. Dia juga sopan. Ah, aku semakin menyukainya.
***
Sejak kejadian
“dikembalikannya hoodieku” aku dan Jinri menjadi lebih sering SMS-an. Dia
benar-benar gadis yang menawan. Sebelumnya aku belum pernah menyukai gadis
sampai seperti ini.
Hari ini, aku
sudah membuat janji dengan Jinri, aku akan mengajaknya ke sungai Han. Dan
sekarang aku sudah berada di perjalanan.
Jinri tampak cassual dengan jins hitam dan t-shirt
yang di balut dengan baju musim dingin biru. Rambutnya di kucir kuda. Dan
dengan olesan make up yang sangat tipis. Aku menyusuri sungai Han bersamanya
dengan segelas Hot Moccacino.
Jinri
menceritakan bagaimana dulu ia latihan drama untuk pertunjukan pertama kalinya
saat kuliah, dan di pentaskan di sungai han ini. Dia tidak begitu pendiam
menurutku. Hanya saja, Jinri memang tidak terlalu terbuka dengan orang yang
tidak dia kenal.
“kau ingin makan
kue ikan? Aku tau dimana tempat kue ikan yang sangat enak.” Ajakku.
Jinri menoleh ke
arahku “jinjja? Aku sangat suka kue
ikan. Tentu aku mau.” Jawabnya sumringah. Ah, eyes smilenya membuatku membeku.
Aku mengajak
Jinri ke kedai jajanan ringan. Aku sudah mengenal baik Ahjussi penjualnya. Aku sering kesana sejak aku SD.
“bagaimana?
Enak?” tanyaku, saat kue ikan sudah di tangan Jinri.
“mmm, kau hebat.
Bisa menemukan kedai kue ikan selezat ini.” Jawabnya seraya melahap beberapa
potong kue ikan favoritnya.
Aku tersenyum
geli “mungkin kalau seminggu kau bersamaku, berat badanmu bisa naik drastis.”
Kataku saat melihat betapa lahapnya Jinri.
“wae?” tanya nya bingung.
“aku banyak tau
tentang kedai-kedai makanan atau minuman yang paling enak se Korea Selatan
ini.” Jawabku terkekeh.
“ah, iya.
Mungkin badanku bisa lebih besar dua kali lipat.” Jawab Jinri tertawa.
Setelah kedai
kue ikan, aku mengajak Jinri menyusuri sungai Han dengan perahu yang sudah
disediakan. Aku melihat banyak lampion berterbangan, karena hari ini kebetulan
tepat tanggal 14 Februari.
Nanti, tepat jam
12, akan diterbangkan lampion raksasa yang berbentuk hati. Berwarna merah,
merah muda, dan keemasan. Ah pasti indah sekali.
“kau ingin
menunggu lampion raksasa?” tanyaku seraya menatap ratusan bintang yang
bertaburan di langit.
“sebenarnya aku
sangat ingin melihatnya, Sehun-ah. Tapi,
aku tidak bisa malam ini. Karena aku harus menyelesaikan tugasku. Hash, aku
pasti akan sangat menyesal.” Jawab Jinri kecewa. Terlihat sekali kekecewaan di
bola matanya.
“sudahlah,
tuntaskan saja dulu tugasmu. Lampion raksasa kan, bisa di lihat di lain waktu.aku
janji akan memperlihatkanmu sebujah lapion raksasa nanti.” Jawabku tersenyum.
“hmm. Gomawo.” Jawab Jinri memaksakan diri
untuk tersenyum.
***
Aku lebih sering
pulang kampus bersama Jinri. Kadang aku menjemputnya. Atau kadang juga aku
bertemu dengannya di parkiran.
Kai dan ChanYeol
lebih sering mengejekku jika bertemu, mereka memang tau kalau aku dengan Jinri
sudah semakin dekat.
“Sehun-ah, apa
kau membawa buku sejarah?” tanya ChanYeol tiba-tiba.
“buku sejarahku
dipinjam Kai kemarin. Kau telat meminjam.” Jawabku.
“Yah.
Yasudahlah, aku pergi dulu.” Kata ChanYeol kemudian. “eh, bagaimana kau dengan
Sulli?” lanjutnya.
“kau ini. Tadi
bilang ingin pergi. Sekarang malah bertanya. Biasa saja, kami hanya berteman.”
Jawabku santai.
“berteman? Yakin
hanya teman? Mengapa begitu romantis?” tanyanya lagi.
“romantis? Kapan
aku beromantis ria dengannya?” aku balik bertanya karena bingung.
“semua orang
juga tau kalau kalian adalah pasangan yang romantis. Tetapkanlah hubungan
kalian. Jangan suka menggantung wanita!” jawab ChanYeol cengengesan. What
the???
“apa orang-orang
tau kalau aku sedang dekat dengan Jinri?” lagi-lagi aku bertanya balik.
“siapa sih yang
tidak tau? Gadis idola jalan berdua dengan lelaki idola juga? Kalian kan
sama-sama terkenal. Ya wajar kalau gosip sudah menyebar. Jadi, kapan kau akan
menetapkan hubunganmu?”
“ngg, entahlah,
kurasa belum waktunya.”
“dasar lelaki
jadi-jadian!”
“ya! Kau bicara apa, hah?”
“LELAKI
JADI-JADIAN!!” tegas ChanYeol nyaring.
Aku memasang wajah super tidak enak.
“kalau kau
laki-laki tulen. Kau tidak akan menggantung wanita!” lanjut ChanYeol semakin tegas.
“seminggu lagi,
kau akan mendengar kabar yang paling heboh. Lihat saja nanti!” jawabku lalu
beranjak pergi.
“ku tunggu,
Sehun-ah!!!” terdengar suara teriakkan ChanYeol.
***
Aku jadi sering
memikirkan ucapan ChanYeol tadi. Hash, anak itu. Apa benar aku menggantung
Jinri sekarang? Apa dia juga menyukaiku? Aku takut kalau pada kenyataannya dia
hanya menganggapku teman saja.
Saat sedang
memikirkan ucapan ChanYeol tadi dan aku pusing tiba-tiba bel berbunyi. Siapa
malam-malam begini datang keapartemenku. Aku beranjak dari sofa dan membuka
pintu.
“apa kau sedang
sibuk?” tanya Kai dari balik pintu.
“ah, kau. Tidak
aku sedang tidak ada kerjaan. Ada apa?” tanyaku.
“aku hanya ingin
mengembalikan buku ini.” Jawab Kai seraya memberikan buku sejarah yang
dipinjamnya.
Lalu aku
mengambil buku itu “ayo masuk dulu.” Ajakku. Lalu Kai mengikutiku dari
belakang.
“kau kenapa?”
tanya Kai memperhatikan wajahku.
“kenapa apanya?”
tanyaku bingung.
“raut wajahmu
seperti sedang bingung.” Jawab Kai. Anak ini tau saja kalau aku tidak seperti
biasanya.
“iya, aku sedang
pusing.
“kenapa? Kau
sakit?”
“aniya. Aku
pusing memikirkan sesuatu.” Jawabku lesu.
“tentang apa?
Tentang Sulli?” tebak Kai lagi.
“hmm.” Jawabku
lalu bangkit menuju dapur.
Aku menaruh 2
kaleng Coffee Cool. Kai sedang mengamati
kartun di TV.
“apa sih yang
membuatmu pusing? Coba ceritakan padaku.” Tanya Kai tak melepas pandangannya
dari TV. Lalu aku menceritakan kejadian tadi siang.
“kalau menurutku
kau sedang takut jatuh cinta.” Kata Kai seraya meminum coffee cool.
“Sehun-ah, kau
tidak akan pernah tau bagaimana perasaan Sulli kalau kau tidak pernah
bertanya.”
“lalu, apa aku
harus bertanya? Jika dia sudah menjawab apa yang harus aku lakukan?”
“ya kau tidak
harus bertanya seperti mengintrogasi. Ungkapkan saja apa yang ada dalam hatimu.
Jangan sampai karena keputusanmu yang terlalu terbelit-belit Sulli malah
enggan. Wanita itu tidak suka menunggu. Apalagi Sulli adalah bintang kampus.
Banyak yang suka dengannya.
“sudah cantik,
pintar, multi talenta, ramah. Apa coba yang kurang? Dia juga bukan tipe wanita
yang sama siapa saja mau. Dia jarang sekali mau dekat dengan laki-laki. Jadi
menurutku dia juga menyukaimu.” Jelas Kai panjang lebar.
Aku berfikir
sejenak, jika yang di katakan Kai benar. Aku harus secepatnya membuat rencana.
“tapi, apa kau yakin?” tanyaku ragu.
“aku tidak bisa
memberi kepastian. Tapi menurutku, menurut apa yang ku lihat aku yakin.”
Jawabnya seraya menonton kartun lagi. Yah, baiklah. Aku akan menyusun rencana.
***
Sudah 3 hari ini
aku tidak bertemu dengan Jinri. Bahkan aku tidak smsan atau telponan dengannya.
Tapi bukan berarti aku lost contact. Kalau dia sms, aku balas. Hanya saja
singkat. Aku benar-benar merindukannya.
Sepulang kuliah,
aku mengirimnya pesan singkat:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar