Jumat, 24 Juni 2016

FF: Time Machine [Part 2]

HALLO READERS KU TERCINTA.
maaf banget ini fanfiction Part II updatenya setelah bertahun tahun T.T
jujur tadinya gue udah nggak mau lanjutin ini cerita, tapi kok ada yang komen minta di lanjutin akhirnya gue buka lagi deh ini folder. gue terharu cyin T.T
ILOBEYOUUUU...
meski hanya 2 atau 3 orang aja yang minta tapi gue sangat senang masih ada yang mau tau lanjutan cerita aneh ini.
this is special part for ya all.
*request apa aja yang kalian mau. gue pasti kabulin XD*
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

MAIN CAST:
- TIFFANY HWANG (HWANG MI YOUNG)
- PARK CHANYEOL
- CHOI SOOYOUNG

SUPPORT CAST:
- IM YOONA
- SEOHYUN
-OC

GENRE:
-MELOW DRAMA
-ANGST

PART II:  TIME MACHINE

Tiffany’s POV
Kemana ChanYeol pergi? Terakhir aku melihatnya saat dia mengantarku dua hari yang lalu. Ponselnya pun selalu mati. Saat aku kerumahnya selalu tidak ada dia. Apa dia begitu sibuk? 
ChanYeol-ah, aku merindukanmu... 
“Fany-ah, apa kau pulang sendiri lagi?” tanya YoonA yang baru saja keluar kelas. 
“sepertinya begitu. Ada apa?” jawabku. 
“kalau begitu kau pulang denganku saja.”
***
    Udara malam ini terasa begitu menusuk. Dan lagi-lagi ChanYeol yang ku fikirkan. Mengapa akhir-akhir ini aku selalu mengingatnya sih. Apa yang salah dari diriku. Mengapa aku juga merasa sangat kehilangan dia.Oh, Tiffany! Dia hanya adikmu! Kalian sudah bersahabat sejak kecil. Yah, setidaknya begitu yang aku tau. 
Atau, waktu sudah merubahnya. Merubah perasaan ini menjadi suka? Cinta? Ah tidak. Tidak mungkin!
***
     Pagi ini cuaca sangat cerah. Tapi entah kenapa aku tidak bersemangat berangkat kuliah. Selain karena perasaanku yang tidak enak. Kepalaku juga sangat sakit. Bahkan hari ini pun Ayah mengantarku, karena khawatir dengan keadaanku. 
“Fany-ah, gwenchanayo?” tanya YoonA saat aku baru masuk kelas. 
“ada apa memangnya?” aku balik bertanya, bingung. 
“wajahmu sangat pucat. Apa tidak sebaiknya kau ke ruang kesehatan saja?” 
“ah tidak. Aku masih kuat.” 
“kalau ada apa-apa kau harus beritahu aku.” Ujar YoonA khawatir. Aku hanya mengangguk tersenyum. 
Dan tiba-tiba saja aku jadi takut dengan penyakitku ini. Apa aku masih bisa kuliah lagi? Tertawa lagi? Sehat lagi? Dan makan bersama ChanYeol lagi? Oh Tuhan, harus kah kau panggil aku secepat ini? Aku takut, Tuhan.
***
Author’s POV
Tiffany mengambil buku catatannya dan sebuah pulpen. Ia mulai menulis apa yang ingin dia tulis. Terlihat dia tidak hanya menulis di satu halaman. Ia menulis sambil menahan tangisnya.Setelah selesai menulis ia menutup bukunya dan ia kembalikan lagi ke tasnya. 
“kau kenapa menangis?” tanya YoonA bingung. 
“tidak, tadi aku hanya kelilipan.” Jawab Tiffany santai. 
“yang benar? Kau jangan bohong.” Desak YoonA. 
“iya, aku tadi kelilipan. Yonaa-ah, apa kau bisa menemaniku mencari minum?” pinta Tiffany. 
“tentu. Ayo, sebelum kelas dimulai.” Lalu Tiffany dan YoonA membeli air mineral di kantin yang kebetulan tidak terlalu jauh dari kelas mereka.
***
Tiffany’s POV
 Sesampainya aku dikelas, aku langsung duduk dan meminum air mineral yang barusan kubeli. Kepalaku semakin pusing. Aku memendam kepalaku diatas lenganku yang kutaruh di meja. Tapi... kepalaku semakin sakit. Dan... semuanya semakin gelap. 
Eomma, terbesit wajah eomma yang sudah sangat lama ku rindukan. Ia tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku. Lalu disampingnya ada appa. Appa juga mengulurkan tangannya. Aku bingung meraih yang mana. Saat aku menoleh disana ada Michelle Eonni, YuRa Eonni, YoonA dan ada ChanYeol.

Dan semuanya mulai menghilang satu persatu. Hanya ada ChanYeol disana. Ia menghampiriku, tersenyum padaku. Dia mengucapkan sesuatu seperti kata “saranghae”. Mataku panas dan aku mulai menangis. Aku sangat merindukan sosoknya. Aku ingin teriak namun tidak bisa. ChanYeol-ah, aku merindukanmu... 
Tapi, dengan sigap eomma menarikku dan membuat aku semakin jauh dengan ChanYeol dan juga appa. Dengan senyumnya, eomma menggandengku yang kurasa menampakkan wajah kebingungan. Aku akan kemana?Dan tiba-tiba semuanya gelap...
***
ChanYeol’s POV 
Apa aku sanggup melewati hari-hari ku jadi trainee disini? Setiap hari berangkat pagi dan pulang larut. Bahkan aku terpaksa mengambil cuti kuliah. Handphone? Memegangnya saja aku tidak sempat. Joon sunbae menggalakkan latihan kami karena bulan depan akan ada kontes dance se Korea Selatan. Dan dia ingin kami semua ikut serta.
Rasanya badanku sudah mau hancur. Andai saja aku bisa melepas semua tulangku dan menghistirahatkannya. Mungkin sudah ku lakukan. 
Malam ini aku pulang lebih larut dari biasanya. Karena SooYoung mengajakku makan terlebih dahulu. Pukul 2 malam aku baru selesai mandi. Oh Tuhan!
***

Pagi ini aku di jemput SooYoung lagi. Seperti biasa, dia selalu menjemputku lebih awal dan mengajakku sarapan. Aku senang kenal dengan gadis itu. Dia ceria dan berwawasan luas. 
“ChanYeol-ah, apa kau benar-benar sampai cuti kuliah?” tanya SooYoung saat kita sedang sarapan. 
“iya. Dan meminta izinnya amat sangat sulit.” Jawabku. 
“hahaha, kasian sekali kau. Aku sengaja tidak mengambil kuliah karena aku memang berencana ingin menjadi trainee.” Jawab SooYoung. 
Aku melihatnya, memandangnya. Wajahnya pucat apa dia sakit? Wajar saja kalau dia sampai sakit, dia sangat bersemangat saat latihan. padahal waktu latihan saja sudah terlalu lama. 
“SooYoung-ah, apa kau sakit?” tanyaku.Ia menatapku bingung “tidak, apa aku terlihat seperti orang sakit?” jawabnya . 
“kau terlihat pucat” jawabku seraya memakan ice cream vanila di depanku. 
“aku tidak sakit. Hanya sedikit pusing. Mungkin karena  aku tidak tidur semalaman.” Jawabnya santai. 
“ya! Kau tidak boleh seperti itu. Bagaimanapun juga waktumu sudah banyak tersita untuk latihan. jadi kalau ada waktu luang kau harus istirahat dan tidur. kau itu manusia, bukan robot!” ucapku kesal. Ia hanya menatapku bingung. 
“ya! Ada apa denganmu?” tanyanya bingung lalu tertawa terbahak-bahak. Haish, anak ini. Apa sih yang lucu. 
Sebentar lagi jam 9 kita harus cepat ke tempat latihan. ayo.” Ajakku, lalu kita berjalan keluar. 
Namun saat di pintu tiba-tiba seperti ada yang menjatuhiku. SooYoung?! 
“ya, gwenchanayo?” tanyaku panik. Aku menepuk-nepuk pipinya. 
“Choi SooYoung! Ya Choi SooYoung!!” tidak ada respon. Pengunjung dan pegawai yang mengerumungiku menyuruhku membawanya kerumahsakit. Tanpa pikir panjang aku langsung menggendongnya masuk mobil dan melaju menuju rumah sakit. 
Entah kenapa aku begitu panik. Aku takut terjadi sesuatu dengannya. Oh Tuhan, selamatkan Choi SooYoung.
***   

Sesampainya di rumah sakit, ia segera di larikan ke UGD.
Tunggu, tadi aku seperti melihat tulisan “Hwang Mi Young”. Itu kan nama korea Tiffany nuna. Apa dia disini? Ada apa? Ah, aku sepertinya terlalu tidak mengenalnya sekarang. 
“maaf, anda hanya bisa mengantarnya sampai disini saja, tuan.” Kata salah satu perawat. Aku yang bingung hanya bisa mengangguk. 
Benarkan tadi itu Tiffany nuna? Ah yang memiliki nama seperti  itu kan bukan Tiffany nuna saja. Dan tiba-tiba aku jadi merindukannya. Sudah hampir dua minggu ini aku tidak pernah berhubungan dengannya. 
Ah, tidak. Aku harus melihatnya.
***
Author’s POV 
ChanYeol berlari menuju kamar yang tertera nama “Hwang Mi Young” yang ia liat sebelumnya. Ia sangat berharap nama itu hanya sekedar sama. Ia tidak ingin melihat orang yang ia kenal terbaring di dalam sana. 
Dengan perlahan Chanyeol melirik kedalam ruangan itu dari balik kaca yang ada di pintu masuknya. Dengan jantung yang berdegup sangat kencang, ia memberanikan diri dan mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk. 
Ia melihat sosok wanita yang lemah dan pucat sedang terbaring di atas tempat tidur yang berwana putih itu, ia melihat banyak selang-selang yang mengerikan yang di tempel di hampir seluruh tubuh bagian atas. Disana, terlihat seorang pria paruh baya duduk tepat di samping tempat tidurnya, ia terlihat menggenggam tangan mungil yang lemas. Pria paruh baya itu terlihat sangat sedih dan lelah. Dan Chanyeol sangat mengenal pria itu. ia Ayah dari Tiffany. 
“Chanyeol-ah…” seseorang menyadarkan Chanyeol dari lamunannya. Matanya sudah panas. Seperti akan menumpahkan butirah air mata yang sangat tajam. 
“Noona.. kenapa Tiffany Noona ada disana?” tanya Chanyeol dengan air mata yang menggenang di kedua matanya. 
“kau belum tau kabarnya?” tanya Yoona yang sedang menggenggam tas kecil, yang berisi beberapa keperluan Tiffany. Dan Chanyeol menggeleng dengan lemah.
***
Chanyeol’s POV 
Rasanya aku seperti sampah saja. Aku tidak berguna. Sudah 3 hari Tiffany Noona di rawat di rumah sakit, dan aku sama sekali tidak tau. Sahabat macam apa aku ini? 
Tiffany Noona di vonis memiliki penyakit kanker otak. Hal itu yang membuat Tiffany Noona menjadi mudah pingsan dan sakit. Memang belum parah, namun perkembangan penyakitnya menjadi sangat cepat karena daya tahan tubuhnya sangat lemah. 
Rasanya setiap kata yang keluar dari mulut Yoona Noona terasa begitu menyakitkan. Aku hanya mampu terdiam dan mengatur emosiku agar air mata ini berhenti menyeruak. 
“bagaimana dengan Seohyun?” tanyaku pada Yoona Noona. 
“ia sesekali datang ke rumah sakit, karena ia harus mengurus rumah. Sebenarnya yang aku khawatirkan adalah Ahjussi. Sudah 3 hari ini dia kehilangan nafsu makannya. Dan seperti kurang tidur.” Ujar Yoona Noona. 
“aku akan berusaha berbicara dengannya. Terima kasih Noona, sudah membantu Tiffany Noona selama ini.” 
“aku juga sahabatnya. Bagaimana mungkin aku meninggalkannya.” Jawab Yoona Noona. 
Aku ingin masuk, tapi aku tiba-tiba teringat Sooyoung. Bagaimana keadannya ya. Keluarganya juga belum ada yang tau. 
“Noona, aku akan segera kembali. Aku harus menemui temanku dulu.” Aku bangkit dari kursi, dan menuju ruang UGD. Semoga Sooyoung tidak apa-apa.
Aku menghampiri meja pelayanan di depan UGD dan menanyakan keadaan Sooyoung. 
Ternyata ia sudah di bawa ke ruangan. Aku langsung berlari menuju ruangannya yang ada di lantai 8. 
Aku melihat Sooyoung masih belum sadarkan diri. Ia terbaring lemah diatas tempat tidur putih itu. wajahnya masih sama pucat seperti tadi. Aku menambah volume penghangat ruangan kamar ini, agar lebih hangat. 
***
Author’s POV 
Setelah menghubungi keluarga Sooyoung, Chanyeol langsung turun ke lantai 2 untuk menjenguk Tiffany. Disana masih ada Ayah dari Tiffany. Namun, tidak ada Yoona. 
“ahjussi…” panggil Chanyeol lirih.
Ayah Tiffany menoleh dan tersenyum kepada Chanyeol “Oh, kau Chanyeol-ah.” Jawabnya. 
“ahjussi, maafkan aku.” ujar Chanyeol dengan suara yang bergetar. 
“gwenchana.” Jawab Ayah Tiffany lembut seraya tersenyum. Mendengar jawaban itu, mata Chanyeol langsung memanas. Seketika air mata menggenang di kedua matanya. 
“aku bahkan tidak tau kalau Noona masuk rumah sakit. Aku bahkan tidak tau kalau Noona harus menderita penyakit semacam ini.” Chanyeol tak kuasa menahan air matanya. Ia terduduk di lantai memegang tangan Ayah Tiffany. Melihat Chanyeol yang seperti itu malah membuat Ayah Tiffany semakin sedih dan ikut meneteskan air matanya. 
“kau tidak perlu merasa bersalah. Tiffany pasti mengerti keadaanmu. Sekarang kau hanya perlu mendoakan yang terbaik untuk Tiffany.” Jawab Ayah Tiffany selembut mungkin. Ia berusaha agar Chanyeol tidak semakin merasa bersalah.
*** 
Malam itu Chanyeol memaksa Ayah Tiffany untuk pulang. Dan ia yang menjaga Tiffany. Sekalipun Chanyeol tidak pernah pindah dari posisinya. Ia selalu duduk di samping Tiffany. Ia menggenggam tangan Tiffany yang sangat dingin. 
Namun, tangan Tiffany seperti merespon, dengan panik Chanyeol langsung menghubungi perawat terdekat. Perawat yang biasa mengurus Tiffany itupun langsung memanggil dokter spesialis yang menangani Tiffany dan langsung berlari menuju kamar dimana Tiffany dirawat. 
Chanyeol menyaksikan dari luar kamar karena dokter ingin lebih fokus. Dengan cemas ia terus mengintip ke dalam kamar rawat Tiffany. Beberapa saat  kemudian dokter keluar dari ruangan. 
“keadaan Nona Hwang Miyoung sudah membaik. Ia sudah sadar dari komanya selama beberapa hari ini.” Ujar sang dokter dengan tersenyum. 
“apa ini menandakan penyakit kanker otak nya bisa sembuh, Dok?” tanya Chanyeol. 
“kami tidak ingin mengatakan tidak bisa, walau kemungkinannya kecil. Kami akan terus berusaha sebaik mungkin. Sampai benar-benar Tuhan yang menghendakinya.” Ujar dokter tadi berusaha untuk tidak membuat para kerabat pasien menjadi pesimis. 
“terima kasih, Dok.” Chanyeol tersenyum getir. Ingin bahagia, tapi rasanya belum lega karena masih belum ada kepastian Tiffany akan sembuh. 
“kau tidak usah khawatir. Banyak pasien kanker otak yang bisa hidup kembali normal.” Ujar Dokter Lee Haein sebelum pergi. 
Kemudian Chanyeol memasuki ruangan dan duduk di samping Tiffany. 
“Noona, gwenchanayo?” tanya Chanyeol dengan khawatir.Tiffany hanya tersenyum di balik oksigen yang ada di wajahnya. Terlihat jelas lingkar hitam di bawah matanya. Wajah yang biasanya berseri kini terlihat sangat pucat dan ringkih. 
“Noona, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal.” Chanyeol membiarkan airmata nya mengalir tanpa ia tahan sedikitpun. 
“seharusnya aku tidak sesibuk ini, seharusnya aku bisa menemani Noona. Aku bahkan tidak men-check ponselku.” Ujar Chanyeol dengan sesak didadanya yang seperti menahan saluran pernafasannya. 
“it’s okay.” Jawab Tiffany dengan suara yang sangat lirih.Tiba-tiba ponsel Chanyeol berdering. Ia melihat siapa yang memanggilnya. 
“ahjumma?” tanya Chanyeol dengan suara serak karena masih menangis. 
“Chanyeol-ah, bisakah kau kesini? Sooyoung tidak ingin dioperasi.” Ibu Sooyoung meminta dengan suara yang lirih. Terlihat jelas kalau ia sangat sedih. 
“kenapa harus aku, ahjuma? Apakah tidak bisa yang lain?” tanya Chanyeol bingung. Ia sendiri tidak bisa meninggalkan Tiffany dalam keadaan seperti ini. 
“entahlah, katanya ada yang ingin ia sampaikan padamu. Aku sangat berharap padamu, Chanyeol-ah. Sooyoung harus segera di operasi.” Pinta ibu Sooyoung makin lirih. 
Chanyeol terdiam sebentar. Pikirannya berkutat. Apakah ia harus memilih Tiffany atau Sooyoung. Tiffany baru sadar bahkan kondisinya sangat tidak baik. Rasa penyesalannya masih menghantuinya dari tadi. Dan disisi lain, Sooyoung juga harus segera di operasi untuk kesembuhannya. Bahkan harus hari ini. Chanyeol merasa dirinya sangat menyusahkan. 
“ahjumma...” tanya Chanyeol. 
“eoh? Bagaimana? Kau bisakan?” ibu Sooyoung menjawab dengan penuh harap. 
Chanyeol melihat kearah Tiffany. Tiffany tersenyum memandangnya, seakan berkata tidak apa-apa. Namun, melihat wajahnya saja Chanyeol tidak sanggup meninggalkannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar