Senin, 21 Januari 2013

ANGEL :)

tittle: ANGEL
cast: Choi Jinri a.k.a Sulli
-Oh Sehun
-Jung Soo Jung a.k.a Krystal
-Xi Luhan
-Kim Jongin
-Park Chanyeol
genre: roman(?)
length: chaptered



“Hyung, ayo temani aku.” Pintaku pada Luhan Hyung.
“kemana?” tanyanya dengan masih terfokus pada koran.
“beli bubble tea. Aku sudah kangen dengannya.” Jawabku asal seraya memakai sepatu.
“hey! Kau kira bubble tea itu makhluk hidup?” jawabnya seraya melipat koran yang tadi dia baca.
“maksudku, aku kangen dengan penjualnya. Hehe” jawabku asal.
“hash, kau ini. Baiklah ayo.” Akhirnya dia mau.
@@@@
Pagi ini dingin sekali, kurasa aku akan beku kalau saja tidak mengenakan hoodie tebal ini. Saat ku lirik Luhan Hyung yang biasanya kebal terhadap cuaca sedingin apapun saja masih terlihat kedinginan.
Sesampainya aku di kedai bubble tea aku langsung duduk di meja pojok. Tempat favorit ku bersama Luhan Hyung.
“silahkan, mau pesan apa?” tanya seorang waitters yang sudah sangat aku kenal.
“seperti biasa saja. Oh iya, aku juga pesan hot cappucino ya.” Jawabku tersenyum.
“kau kedinginan sekali?” tanya Luhan Hyung.
“ku rasa begitu Hyung, tidak biasanya musim salju di seoul sedingin ini.” Jawabku.
“suhu kali ini -5 derajat celcius, Sehun-ah.” Jawab MyunJi si waitters kedai ini “aku akan segera kembali.” Lanjutnya tersenyum, lalu berbalik dan pergi.
“pantas saja aku merasa kedinginan, ini suhu yang amat sangat tidak wajar.” Komentar Luhan Hyung seraya menggosok-gosokkan kedua tangannya. Aku melempar pandangan keluar jendela. Tidak ada seorangpun yang tidak mengenakan baju musim dingin di luar sana.
Pandanganku tertuju pada anak kecil yang sendirian di bawah halte bus. Dia tampak kedinginan, ia hanya mengenakan jaket yang menurutku sama sekali tidak menghangatkan. Kemana orang tuanya, mengapa dia disana sendirian. Mengapa ia tidak pulang dan menghangatkan tubuhnya. Setidaknya ia tidak terkena udara sedingin ini.
Tapi, tiba-tiba ada seorang wanita yang datang dan menghampirinya, ah mungkin saja itu keluarganya.
“Sehun-ah, kemarin aku bertemu Kris dan Tao, mereka mengundang kita ke acara ulang tahun Tao. Kalau tidak salah minggu depan.” Luhan Hyung membuyarkan perhatianku pada anak kecil itu.
“minggu depan? Hari apa?” tanyaku.
“entahlah, katanya ia akan mengirimi kita undangan lagi. Kemarin dia buru-buru ingin pulang.” Jawab Luhan Hyung, bersamaan dengan pesananku yang sudah datang.
“selamat menikmati.” Kata MyunJi tersenyum lalu pergi. Luhan Hyung menikmati bubble tea nya seraya memainkan I-Pad. Entah apa yang sedang ia lakukan. Aku kembali melihat anak kecil di halte itu.
Blazer yang tadinya di pakai wanita itu, kini melekat rapi dibadan anak kecil yang bersamanya. Tetapi anak kecil itu terlihat canggung berbicara dengan wanita di sebelahnya, terlihat lebih banyak wanita itu yang bertanya dari pada si anak kecil yang menjawab.
Tak lama, si wanita memberi beberapa lembar kertas, yang kurasa itu adalah uang, kepada si anak kecil dan memberhentikan sebuah taxi. Dia membiarkan anak kecil itu masuk taxi tanpa dia ikuti. Lalu si wanita berjalan setelah taxi tadi hilang dari pandangannya.
Tapi ternyata wanita itu berjalan menuju kedai ini, ah iya. Ia memang masuk dalam kedai ini. Ia duduk di sudut kedai. Entah ia memesan apa. Ia tampak kedinginan. Ia memainkan HPnya. Sepertinya dia juga sedang mendengarkan musik.
“ya! Sehun-ah! Kau dari tadi tidak mendengarkanku, hah?!” tiba-tiba Luhan Hyung melemparku dengan sedotannya. Otomatis pandanganku teralih.
“Hyung? Kenapa kau melemparku dengan sedotan itu?” tanyaku heran.
“kenapa? Seharusnya aku yang tanya, kenapa kau tidak mendengarkanku berbicar sejak tadi. Aku seperti orang bodoh berbicara sendiri.” Luhan Hyung mengomel. Wajahnya lebih terlihat lucu. Aku hanya tertawa melihat ekspresinya.
“mianhae” jawabku masih terkekeh.
“kau meminta maaf tapi terus menertawakanku. Menyebalkan!” gerutunya.
“Hyung, jangan marah. Kau terlihat berkeriput jika marah-marah seperti itu. Haha.” Ejekku terus tertawa.
“yaa!!! Tidak sopan sekali!” jawabnya cemberut. “ngomong-ngomong dia siapa?” tanyanya kemudian seraya menoleh ke arah wanita tadi.
“hah? Mwo? Mana aku tau.” Jawabku lalu meminum bubble tea-ku yang semakin dingin.
“sejak tadi kau memperhatikan dia terus.” Kata Luhan Hyung polos.
“uhuk!” aku tersedak bubble tea gara-gara mendengar ucapannya “kau tau dari mana?” tanyaku heran.
“kau fikir aku tidak memperhatikanmu sejak tadi, hah?”  jawabnya.
“Oh, anu. Dia.. tadi dia membantu anak kecil yang ada di bawah halte sana. Aku tidak tau mereka saudaraan atau bukan.” Jawabku kemudian.
“terus? Apa yang membuatku terus memperhatikannya?”
“entahlah, aku hanya tertarik melihat dia. Dia tampak kedinginan.”
“berikan saja jaketmu padanya. Ayo kita pulang.” Jawab Luhan Hyung lalu bangkit.
“lalu, aku bagaimana?”
“kau kan bisa membelinya lagi. Untuk apa uangmu yang banyak itu? Sisihkan sedikit untuk membantu seorang wanita kan tidak masalah.” Jawabnya. Iya juga sih, tapikan aku tidak mengenalnya. Lalu, kenapa hatiku juga ingin untuk membantunya?
“MyunJi-ah, bisakah kau berikan hoodieku ini padanya?” tanyaku seraya menunjuk wanita tadi yang sedang memainkan HP-nya.
“Oh, oke. Letakkan disini. Akan ku lipat terlebih dahulu.” Jawabnya ramah.
“oke, gomapseumnida.” Kataku lalu melangkah menyusul Luhan Hyung yang terlebih dahulu keluar.
Dia terlihat habis menabrak seorang wanita. Luhan Hyung memang suka tidak hati-hati.
“maaf, aku tidak sengaja.” Kata Luhan Hyung seraya membantu wanita itu menata kertas-kertasnya yang berserakan akibat insiden tabrakan tadi.
“ah, gwenchana.” Jawabnya lalu berdiri “Xi... Xi Luhan? Gege? Luhan Gege?” tanyanya berturut-turut. Kenapa dia bisa kenal Luhan Hyung?
“Jung.. Jung SooJung? Kau SooJung? Benarkah?” tanya Luhan Hyung gantian. Hash, sebenarnya ada apa antara mereka berdua ini.
“kau sudah kembali dari china? Sejak kapan?” tanya Luhan Hyung antusias.
“sudah sejak satu tahun yang lalu, ge. Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan?” tanya SooJung.
“baik, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” tanya Luhan Hyung balik.
“aku juga baik-baik saja.” Jawabnya tersenyum. SooJung cantik juga.
“Oh iya, kenalkan. Dia adikku. Sehun.” SooJung menundukkan badannya. Dan aku membalasnya.
“kau dari china juga? Tapi wajahmu lebih mirip penduduk korea.” Tanyanya.
“ah, aniya. Aku berasal dari korea. Aku dekat dengan Luhan Hyung sudah seperti saudara kandung sejak 4 tahun yang lalu.” Jawabku otomatis. SooJung mengangguk menandakan mengerti.
“kau suka ke kedai ini?” tanya Luhan Hyung.
“ah tidak juga, aku hanya ingin menemui temanku. Itu yang disana.” Jawab SooJung menunjuk wanita yang sejak tadi ku perhatikan.
“siapa dia?” tanyaku otomatis.
“dia Choi Jinri. Teman satu sekolahku.” Jawabnya. Jadi, namanya Choi Jinri.
“sepertinya aku sudah terlalu lama berdiri disini. Haha, aku harus segera pulang.” Sela Luhan Hyung.
“ah, iya. Silahkan. Oh iya, apa boleh aku meminta nomor ponselmu?” tanya SooJung.
“Oh iya, ini nomor ponselku. Hubungi aku segera ya.”
@@@@
Wanita itu, wajahnya selalu melayang-layang diotakku. Rambutnya yang panjang lurus, yang ia biarkan tergerai menutupi wajahnya yang imut, kulitnya yang putih, matanya yang sendu, eye smilenya ketika ia tersenyum.
Ah, apa-apaan ini. Sejak kapan aku memikirkan seorang wanita sampai seperti ini. Ini sudah terlalu jauh, ada-ada saja.
“Sehun-ah, apa kau sudah tidur?” tiba-tiba Luhan Hyung mengetuk pintu kamarku.
“belum. Masuk saja.” Jawabku. Lalu Luhan Hyung membuka pintu dan tidur disampingku. Lagi-lagi ia memainkan HPnya.
“Hyung, aku boleh bertanya?” ucapku memecah keheningan
“tanya saja.” Jawabnya seraya memainkan HP(lagi)
“kau kenal dekat dengan SooJung?”
“Yah, bisa dibilang begitu. Wae? Kau menyukainya?”
“aniyo. Lalu apa kau juga kenal dengan Jinri?”
“tidak, kurasa Jinri temannya sejak dia di korea. Jinri itu wanita yang selalu kau perhatikan, kan?”
“hmm, ya begitulah. Aku semakin penasaran dengannya.”
“kalau jodoh pasti kau akan bertemu dengannya lagi.” Ucap Luhan Hyung lalu ia menarik selimut dan tidur
@@@
Mungkin aku akan menghabiskan hariku di kampus.  Bersama Kai dan ChanYeol aku duduk di meja balkon kantin kampus. Aku memang suka tempat yang terbuka.
“Sehun-ah, apa kau tidak kedinginan duduk disini?” tanya ChanYeol seraya menggosok-gosokkan kedua tangannya.
“hanya orang aneh yang menjawab tidak dingin.” Jawabku.
“lalu, kenapa kau mengambil meja ini, pabo!” jawab ChanYeol sengit.
“pemandangannya indah.” Jawabku singkat.
“tapi percuma kau menikmati pemandangan yang indah kalau setelah itu kau akan mati karena hipotermia.” Sela Kai.
“kalau hanya karena ini saja orang bisa mati hipotermia, sudah habis penduduk Seoul.” Jawabku seraya melihat kearah dua temanku yang sedang kedinginan.
“cappucino ku saja sudah dingin.” Gerutu Kai yang memegang gelas cappucinonya yang tadi panas.
“kau sedang jatuh cinta?” tanya ChanYeol tiba-tiba.
“ya! Kenapa kau bertanya seperti itu?” tanyaku kaget.
“tidak biasanya kau mengajakku kesini, dan senyum-senyum sendiri seperti itu.” Jawabnya dengan wajah evil.
“memangnya aku tidak boleh senyum? Ketika aku senyum, ketampananku akan meningkat 7kali lipat.” Jawabku cengengesan.
“dasar sombong!” ChanYeol melemparku dengan pulpen.
“memangnya siapa yang kau suka?” tanya ChanYeol.
“namanya Choi Jinri.” Jawabku senang.
“Jinri? Sulli?” tanya Kai.
“Sulli? Siapa?” tanyaku balik.
“Choi Jinri, jurusan seni drama kan?” tanya Kai lagi.
“aku tidak tau. Aku melihatnya di jalan. Dia kuliah disini?” tanyaku penasaran.
“iya! Dia kuliah disini. Ayo ikut aku, siapa tau Jinri yang ku maksud sama denganmu.” Jawab Kai, lalu dia bangkit dan berlari. Dengan terburu-buru aku dan ChanYeol mengikutinya.
Dia lari ke gedung 4. Gedung dimana kumpulnya jurusan seni. Dan ternyata gedungnya di lantai 3. Kai berhenti di depan ruang 24.
“coba lihat! Yang kau maksud Jinri yang itu atau bukan?” Kai mendorong kepalaku, seraya menunjuk sosok wanita yang sedang menulis di dekat jendela.
Iya, itu Jinri. Itu Jinri yang ku lihat kemarin. Ternyata dia juga kuliah disini? Tapi, kenapa aku tidak pernah melihatnya.
“benar itu yang kau maksud?” tanya ChanYeol dari balik punggungku.
“iya, benar. Dia Jinri yang ku maksud.” Jawabku tak melepas pandangan dari Jinri yang masih menulis.
“cantik.” Komentar ChanYeol.
“ya ya ya! Sedang apa kalian disana? Pergi sana! Mengganggu saja!” teriak dosen yang sedang mengajar di kelas Jinri, yang otomatis membuat kami bertiga terlonjak kaget.
“jeongso-hamnida.” Ucap kami bebarengan seraya menundukkan badan lalu ngacir.
@@@@
“dia teman satu SMA-ku. Dia biasa di panggil Sulli.  Jarang yang mengenalnya dengan nama Jinri.” Jelas Kai seraya memakan ice cream di Ice Bubble & MilkshakeCool.
“kau kenal Jung SooJung?” tanyaku.
“aaa, kenal. SooJung juga mempunyai nama panggilan yang beda. Nama panggilannya Krystal. Mereka berdua teman dekat. Dimana ada Krystal disitu pasti ada Sulli. Sayangnya Krystal mengambil jurusan seni musik. Jadi mereka tidak sekelas.” Jawab Kai panjang lebar.
“kau benar-benar tertarik dengan Sulli?” tanya ChanYeol.
“kurasa begitu.”
“kalau begitu, sebaiknya kita membantu Sehun, Kai-ah.” Kata ChanYeol pada Kai.
“oke, make it happend.” Jawab Kai antusias.
“kenapa kalian yang bersemangat?” tanyaku heran.
“karena aku tidak pernah melihat kau jatuh cinta sebelumnya, Sehun-ah. Beda dengan BaekHyun Hyung yang hampir setiap minggu mengganti pasangannya.” Jawab ChanYeol.
“oke, kalian harus membantuku!”

1 komentar:

  1. Wahhh bagus ffnya. Sulli baik bangeeeeet. Lanjuttt

    BalasHapus