Noona Saranghae!
Tittle: “Noona! Saranghae”
Cast:
- Jung Daehyun B.A.P
- Yoon Bora SiSTAR
- all of B.A.P’s member
- all of SiSTAR’s member
Genre: romance? Love story ajadah.
Length: one shoot
“Noona!” teriak
Daehyun dari kejauhan.
“ada apa?” tanya Bora.
“Mr. Kim
merekomendasikan Bora Noona untuk
melatihku berenang dan lari untuk lomba tahunan di universitas ini. Aku
mewakilkan jurusan seni musik.” Kata Daehyun saat menghampiri Bora yang akan
beranjak pulang.
“Mr. Kim? Melatihmu?
Memangnya aku sehebat apa sampai harus melatihmu?” tanya Bora bingung.
“molla. Aku hanya diperintahkan untuk mencari Noona. Kata Mr. Kim
Noona pernah meraih juara 1 lomba lari antar univeritas dan juara 2 lomba
berenang.” Jawab Daehyun polos.
“kapan kau akan ku
latih?” tanya Bora.
“besok. Mungkin sepulang
Noona kuliah.”
“baiklah. Aku akan
menghadap Mr. Kim dulu.” Jawab Bora lalu melangkah pergi seraya mengenakan
headsetnya.
“dingin sekali dia.”
Dengus Daehyun lalu melangkah pergi.
***
“aku bukan tidak punya
alasan merekrut kau sebagai tutor Daehyun. Aku lihat kau adalah mahasiswa yang
bertalenta dalam bidang olahraga. Dan menurutku Daehyun membutuhkanmu sebagai
pelatihnya.” Jelas Mr. Kim saat Bora
meminta penjelasan.
“tapi aku tidak tau
bagaimana cara melatih seseorang Kim-ssi.”
Sanggah Bora sedikit kesal.
“kau ini, tidak boleh
pelit dalam berbagi ilmu.” Ucap Mr. Kim tak mau tau.
“aku bukannya pelit,
tapi..”
“sudah, sudah. Sebaiknya
kau siapkan dirimu untuk melatih Jung Daehyun besok. Aku masih banyak
pekerjaan.” Potong Mr. Kim lalu melangkah pergi meninggalkan Bora sendirian di
ruangannya.
“hash, dasar!” celetuk
Bora sebal.
Sebenarnya bukannya Bora
tidak ingin membagikan ilmu pada Daehyun atau orang lain, dia hanya tidak
mengerti bagaimana cara melatih seseorang. Karena dia bisa meraih juara-juara
itu bukan karena di latih, melainkan otodidak.
***
Keesokan harinya, Bora
sudah menunggu Daehyun di pinggir kolam renang kampusnya. Bora mengenakan
hotpans biru tua dan kaus singlet putih. Rambutnya dikucir kuda. Ia bersandar
di kursi seraya mendengarkan musik.
Beberapa menit kemudian
Daehyun datang masih dengan baju formalnya yang digunakan untuk kuliah.
“Noona maaf aku terlambat.” Ucapnya seraya menaruh barang-barangnya
kursi sampin Bora duduk.
“cepat ganti baju dan
mulai latihan.” Jawab Bora tanpa menjawab pernyataan Daehyun tadi. Lalu Daehyun
pun pergi ke kemar ganti.
Beberapa menit kemudian
Daehyun sudah kembali mengenakan boxer
bergambakan Mickey Mouse dan bertelanjang dada. Bora yang melihat motif boxer
Daehyun terkekeh geli.
“wae?” tanya Daehyun bingung.
“kau ini. Sudah kuliah
tetapi masih saja memakai celana bermotif kartun.” Ucap Bora.
“Oh ini. Aku
menyukainya, Noon.” Jawab Daehyun
malu.
“yasudah cepat lari
keliling kolam 3 kali. Pemanasan terlebih dahulu.” Perintah Bora kembali tegas.
Daehyun menuruti
perkataan Bora. Dia belari ringan. Dalam hatinya ia senang karena baru pertama
kali melihat Bora tersenyum. “manis juga Bora Noona kalau tidak jutek.” Ucapnya dalam hati.
***
“Noona, aku lelah.” Keluh Daehyun saat Bora menyuruhnya bolak-balik
kolam renang dengan durasi kurang dari 2 menit.
Bora melirik jam
tangannya. Sudah 3 jam mereka berlatih. “yasudah naik saja. Besok kita
lanjautkan lagi.” Jawabnya.
“lalu, kapan kita akan
latihan lari?” tanya Daehyun tanpa beranjak dari kolam renang.
“apa kau sanggup latihan
hari ini? Kau mau badanmu sakit semua?” tanya Bora tanpa menoleh yang sedang
merapihkan barang-barangnya.
“aniya.” Jawab Daehyun lalu menenggelamkan kepalanya kedalam air.
“kenapa tidak naik?”
tanya Bora bingung.
“aku tidak kuat.” Jawab
Daehyun lemas.
“hash kau ini.” Bora
mengulurkan tangannya lalu menarik Daehyun naik.
“gomapaseumnida.” Kata Daehyun seraya membungkukkan badannya. Bora
hanya mengangguk dan kembali merapihkan barangnya.
“Noona, kau mau menemaniku makan? Aku belum makan seharian.” Tawar
Daehyun.
“mwo?! Kau latihan tanpa makan? Kau ini bodoh atau apa? Kau mengeluarkan
banyak tenaga tanpa menggantinya itu sama saja bunuh diri.” Jawab Bora dengan
nada tinggi.
“makanya kau harus
menemaniku makan, Noona.”
“dasar kau ini.” Dengus
Bora.
***
“makanan disini enak
sekali. Aku baru pertama kalinya datang kesini.” Ucap Daehyun disela-sela
makannya.
Bora hanya melihat
Daehyun makan tanpa merespon kata-kata Daehyun. Bora menggelengkan kepalanya
pertanda heran.
“wae? Mengapa tidak Noona
makan?” tanya Daehyun yang sadar sedang diperhatikan oleh Bora.
“aku sudah kenyang
melihatmu makan selahap itu.” Jawab Bora seraya mengaduk-aduk makanannya.
“kau tidak boleh seperti
itu, Noona. Kau harus
menghabiskannya. Kau kan baru saja melatihku, pasti lelah.” Jawab Daehyun
polos.
Bora membuat seulas
senyuman di wajahnya lalu melanjutkan makannya.
“kau sudah kuliah
semester berapa?” tanya Bora membuka percakapan.
“aku baru semester 2,
Noon. Kau sendiri?”
“Oh. Aku semester 5.”
“jurusan apa?”
“jurusan seni drama.”
“wah berarti kau calon
aktris.”
“tidak juga. Kau suka
olahraga?”
“sebenarnya aku sangat
suka olahraga, Noon. Hanya saja itu
semua sebatas hobby. Aku lebih
tertarik dengan dunia musik. Karena aku tidak terlalu liihai dalam bermain alat
musik jadi, aku lebih memilih memperdalam ilmu vocal ku. Dan 3 hal yang paling berarti dalam hidupku adalah, Ibu,
suaraku, dan sahabatku.” Jelas Daehyun.
“Oh.. ku kira kau
dibagian alat musik. Adikku juga dibagian vocal.”
“Oh ya? Siapa namanya?”
“Kim Dasom. Dia semester
2 juga. Mungkin kau mengenalnya.”
“ahh, siapa yang tidak
kenal dengan Kim Dasom. Dia memiliki kualitas vocal yang luar biasa. Hyorin Noona
sering memujinya.”
“Hyorin?”
“iya, dia senior kami
yang sering membantu kami. Dia memiliki suara yang bagus. Bahkan berbeda dengan
vocal gadis korea.”
Perbincanganpun
berlanjut sampai malam. Dan Bora mengantar Daehyun pulang kerumahnya, karena ia
merasa bertanggung jawab atas anak kecil yang dilatihnya itu.
***
2 hari kemudian...
“Unnie!” Dasom mengguncang badan Bora yang sedang tidur.
“waeyo?” tanya Bora dalam keadaan belum sadar sepenuhnya.
“Unnie bangun!” Dasom kembali mengguncang badan Bora. Bora melihat
jam di samping kasurnya. Masih menunjukkan jam 10 malam.
“ada apa sih? Ini masih
malam.” Tanya Bora lagi, kali ini dengan posisi duduk.
“Unnie, kau mengenal Daehyun? Aku dengar kau juga melatihnya
berenang dan lari?” tanya Dasom bersemangat.
“umm... Daehyun?” tanya
Bora setengah sadar. Dasom mengangguk cepat.
“iya. Mr. Kim menyuruhku
menjadi pelatihnya.” Jawab Bora dengan suara serak.
“ya, Unnie! Beruntung sekali kau.” Respon
Dasom senang.
“beruntung apanya?”
tanya Bora bingung.
“Jung Daehyun itu namja yang paling digemari di kelas. Ah,
dia itu tampan, cerdas, baik, dan suaranya pun sangat merdu.”
“lalu?”
“Yah, Unnie. Masa kau tidak senang?”
“untuk apa? Dia biasa
saja.” Ujar Bora lalu menarik kembali selimutnya. Dasom mengguncang badan Bora
lagi, namun Bora tetap tidak bergeming. Hingga Dasom lelah dan kembali ke
kamarnya
***
Hari ini Bora akan
melatih lari Daehyun, Bora sudah siap di pinggir lapangan bola. Menunggu
Daehyun yang tak kunjung datang. Hari itu adalah hari minggu, jadi mereka
libur. Tapi Bora meminta untuk tetap latihan agar hasilnya lebih maksimal.
Limabelas menit kemudian
barulah Daehyun datang. Ia tidak sendiri, ia bersama seorang laki-laki
berpostur tubuh tinggi yang sepertinya tidak asing bagi Bora. Bora menyipitkan
matanya saat memandang laki-laki yang bersama Bora.
“Bang Yongguk?” gumam
Bora.
“annyeonghaseyo, Bora-ssi.”
Sapa pria yang bersama Daehyun seraya membungkukkan badannya yang diikuti oleh
Daehyun.
“annyeonghaseyo.” Balas Bora seraya membungkukkan badannya juga.
“lama sekali kita tidak
bertemu.” Ucap Yongguk ramah.
“ah, iya. Bagaimana
kabarmu Yongguk-ssi?” tanya Bora.
“baik. Bagaimana
denganmu?”
“baik juga. Kau kenal
dengan Daehyun?”
“ya tentu saja. Dia
adikku yang sering ku ceritakan.” Yongguk adalah teman lama Bora. Bora sangat
menghormati Yongguk sebagai sunbae nya
di sekolahnya dulu. Padahal mereka satu kelas.
Bora melatih Daehyun
dengan semangat, karena cuaca hari itu tidak begitu panas. Tak jarang Yongguk
mengajak Bora bercerita. Dan tak jarang pula Daehyun tidak dihiraukannya. Bora
begitu asik mengobrol dengan Yongguk.
“salah sepertinya aku
mengajak Yongguk Hyung kemari.”
Gerutu Daehyun sambil terus berlari.
***
Sehari sebelum lomba renang...
“hari ini kau berlatih
sangat baik, Daehyun-ah.” Ucap Bora
saat istirahat.
“gomawo.” Jawab Daehyun dengan membungkuk. “ah, Noona.” Lanjutnya.
“hmm?” jawab Bora yang
sedang minum.
“aku tidak suka jika kau
sedang bersama Yongguk Hyung.” Ucap
Daehyun jujur.
Bora tersedak minumannya
saat mendengar pernyataan Daehyun. “maksudmu?” tanyanya.
“kau tidak pernah
menghiraukanku. Ketika aku bertanya kau malah mengacuhkanku. Dan itu menyebalkan.
Dan perhatianmu padaku juga berkurang.” Jawab Daehyun.
“ya, Daehyun-ah. Aku dengan Yongguk adalah teman
lama. Jadi kalau kita asyik mengobrol itu wajar saja.” Jawab Bora lembut.
“tapi tetap saja aku
tidak ingin membawa Yongguk Hyung
saat menemuimu lagi meskipun dia meminta.”
“haha, kau ini ada-ada
saja.”
“sungguh! Ku rasa aku
menyukai Noona.” Jawabnya lirih.
Bora kaget atas ucapan
Daehyun barusan. “sudahlah, lupakan saja. Anggap aku tidak pernah berbicara
seperti itu. Ayo latihan lagi.” Lanjut Daehyun saat sadar sedang di tatap Bora.
***
Entah mengapa Daehyun
menjadi cuek dengan Bora. Apalagi saat Yongguk datang ke perlombaan Daehyun dan
menghabiskan waktunya bersama Bora. biasanya Daehyun selalu aktif bertanya atau
mengajak Bora berbicara. Tetapi setelah paska mengakunya Daehyun kalau dia
menyukai Bora malah membuat hubungan mereka menjadi longgar.
Dan tidak bisa
dipungkiri juga bahwa Bora sangat kehilangan sosok Daehyun yang dulu. Saat
latihan lari pun Daehyun tidak seaktif biasanya. Bora heran dengan tingkah laku
murid dadakannya itu.
“Daehyun-ah..” panggil Bora saat akan dumulainya
lomba lari.
Daehyun menoleh, hanya
mengangkat alisnya menandakan menjawab panggilan Bora.
“kau kenapa?” tanya
Bora.
“kenapa apanya?” Daehyun
balik bertanya.
“kau berubah.”
“berubah? Aku tetap
seperti ini.” Jawabnya santai lalu mengalihkan pandangannya ke arena lari.
“kau ini.” Dengus Bora
lirih.
“Noona, aku bersiap-siap dulu.” Pamit Daehyun lalu ia langsung pergi
begitu saja.
***
Daehyun’s POV
Akhirnya Bora Noona menyadari perubahanku. Aku berubah
bukan tanpa alasan. Aku tidak ingin perasaanku pada Bora Noona terlalu jauh. Dia terlalu sulit untuk ku miliki. Dan ku fikir
dia tidak memiliki perasaan yang sama sepertiku.
Pikiranku kacau
sekarang, tapi aku harus memenangkan lomba ini. Agar Bora Noona tidak kecewa padaku. Ya Tuhan, kuatkan aku.
“kau kenapa?” tanya
Youngjae yang akan mengikuti lomba lari juga.
“aku tidak apa-apa.
Memangnya kenapa?” tanya Daehyun balik.
“kau terlihat kacau.
Karena Noona itu?” tanya Youngjae
lagi.
“ya bisa dibilang
begitu.” Jawab Daehyun. Youngjae adalah teman Daehyun dari SMA.
“kau berhenti
mengejarnya?”
Daehyun mengangguk “ku
rasa, sulit untuk menaklukkan hati Bora Noona.
Dia selalu bersikap dingin padaku. Dan sepertinya dia tidak memiliki perasaan
yang sama.” Jawabnya.
“cinta itu tidak boleh
dipasrahkan, cinta itu harus dikejar. Masa baru begini saja kau sudah menyerah?
Bagaimana jika kalian pacaran nanti? Cobaan akan lebih banyak datang.” Nasihat
Youngjae.
“sudahlah, tidak usah
membicarakan dia. Membuat pertahananku runtuh saja. Ayo, lomba sudah mau
dimulai.” Jawab Daehyun lalu melangkah pergi. Youngjae hanya menggelengkan
kepalanya.
***
Bora’s POV
Aku hanya bisa melihat
Daehyun dari kejauhan sepertinya mulai sekarang. Tugasku sudah selesai. Lomba
sudah dia lewati dengan baik. Ah, kenapa aku begitu sedih? Rasanya aku ingin
kembali kemasa melatihnya dulu.
Jung Daehyun, kau bocah
yang akhir-akhir ini menyita pikiranku. Bagaimana bisa? Aku mengenalmu baru dua
minggu ini.
“kau melatih muridmu
dengan bagus.” Ucap Hyorin tiba-tiba saat aku sedang melamun di kantin.
Aku hanya mengangkat
alisku pertanda tidak mengerti.
“Jung Daehyun, dia bisa
meraih juara 1 di dua lomba. Bukankah itu hasil yang baik?” lanjut Hyorin.
“itu karena dia
mempunyai dasar yang baik memang.” Jawabku seraya meminum milkshake vanilla.
“kau ini.” Dengus
Hyorin. “ah iya, sepertinya dia menyukaimu.” Lanjutnya.
Hampir saja aku
menyemprotkan milkshake yang ada
dalam mulutku saat mendengar pernyataan Hyorin. “mana mungkin.”
“mungkin saja.” Hyorin
mengubah posisi duduknya menghadapku. “aku sangat mengenal baik siapa Daehyun
itu. Dia juniorku. Semenjak latihan denganmu dia terlihat lebih dewasa dan
bersemanagat.” Lanjutnya.
“kau saja yang terlalu
menyangkutpautkan denganku.” Responku cuek.
“ya, Yoon Bora! kau saja
yang terlalu cuek dan tidak perduli. Sampai seseorang menyukaimu saja kau tidak
tau. Pantas saja Daehyun berubah denganmu. Mungkin dia lelah dengan sifatmu
yang dingin.” Bentak Hyorin kesal. Aku hanya terkekeh geli.
***
Author’s POV
Hari demi hari dilewati
Bora tanpa bertemu dengan Daehyun, jujur saja itu membuat Bora merasa sepi. Dia
merasa kehilangan moodmakernya. Biasanya dia melatih Daehyun yang cerewet.
Sekarang, dia hanya sering berpapasan dengan Daehyun. Bahkan tak jarang mereka
tidak bertegur sapa karena saling gengsi
Sepulang kuliah Bora
sedang menuju parkiran yang tiba-tiba di pukul oleh tiga laki-laki berperawakan
tinggi besar dan bertato. Seketika Bora jatuh kelantai. Dan tidak sadarkan
diri. Tasnya dirampas oleh laki-laki itu, sepertinya mereka adalah preman.
Daehyun yang melihat
kejadian itu dari jauh langsung saja berlari mengejar tiga laki-laki yang
memukul Bora. Jongup dan Zelo yang tadinya sedang ngobrol dengan Daehyun pun
ikut berlari. Zelo mengejar Daehyun dan Jongup menghampiri Bora yang terkulai
lemah. Daerah parkiran memang selalu sepi. Tidak ada oranglain disana. Jongup
langsung menelpon Youngjae.
Jongup dan Youngjae
membawa Bora ke UKS kampus. Disana ada Soyou adik Hyorin yang sedang menjaga
UKS.
“Noona, tolong dia. Tadi kepalanya dipukul.” Ujar Jongup saat sampai
di UKS.
“Unnie!” pekik Soyou langsung mengambil kotak P3K. “dia dipukul
menggunakann apa?” tanya Soyou.
“entahlah, sepertinya
kayu.” Ucap Jongup.
“tapi menurutku bukan
kayu. Karena kepalanya sampai bocor seperti itu.” Tandas Youngjae.
“iya, sepertinya bukan
kayu. Bagaimana bisa? Siapa yang memukulnya?” tanya Soyou seraya mengobati luka
Bora dengan sigap.
“tadi ada 3 laki-laki
yang tiba-tiba datang dan memukul Bora Noona.
Sepertinya mereka perampok, karena mereka membawa lari tasnya.” Jawab Jongup
yang tadi berada di lokasi kejadian.
“lalu, tidak ada yang
mengejar preman itu?” tanya Youngjae.
“tadi Zelo dengan
Daehyun mengejar mereka. Entahlah akan baik-baik saja atau tidak. Preman itu 3
orang, sedangkan Daehyun hanya dengan Zelo. Lagian, badan preman itu
besar-besar.” Ucap Jongup cemas.
***
Daehyun dan Zelo berlari
sangat kencang. Mengejar para preman yang tadi memukul Bora. bukan karena ingin
mengambil kembali tas Bora, tetapi Daehyun sangat geram karena mereka memukul
Bora sampai Bora pingsan.
Daehyun menarik jaket
laki-laki yang paling belakang lalu tidak segan-segan menghujamnya dengan
rentetan tinju. Zelo meraih laki-laki yang ada di depannya lagi. Dan mendorong
serta menendang daerah sensitive nya hingga laki-laki itu tersungkur.
Sedangkang laki-laki
yang paling depan membantu temannya yang di hujam dengan rentetan tinju oleh
Daehyun. Laki-laki yang paling depan itu menarik kerah Daehyun lalu menyiku
lehernya. Daehyun langsung terkulai. Sepertinya itu daerah sensitivenya.
Laki-laki yang di tendang Zelo tadi sudah tidak berkutik, lalu Zelo berbalik
menyelamatkan Daehyun yang di hajar dua laki-laki tersebut.
Zelo menarik baju salah
satu laki-laki tersebut lalu meninju wajahnya sampai keluar darah dari
pelipisnya. Dan laki-laki satunya mengangkat besi yang tadi digunakan untuk
memukul Bora kearah Zelo. Tetapi sepertinya gagal karena terdengar bunyi
pukulan yang sangat keras saat itu juga.
Himchan, sunbae Daehyun, Zelo, Jongup serta
Youngjae datang dengan membawa ranting pohon yang cukup besar. Himchan memukul
laki-laki yang hendak memukul Zelo tadi tanpa ampun. Zelo menggunakan
kesempatan itu untuk menghabisi laki-laki yang ia tarik tadi. Zelo kembali
menendang daerah sensitive seperti saat pertama kali ia menendang salah satu
temannya. Dan tersungkurlah laki-laki itu.
Zelo menoleh, melihat
aksi membabibutanya Himchan. Laki-laki itu sudah terkulai lemas namun Himchan
tetap saja menghujamnya dengan pukulan.
“Hyung sudah Hyung. Dia
sudah pingsan.” Ujar Zelo.
Himchan menghentikan
aksinya lalu melihat kearah korban, “ah iya. Untung saja.” Ujarnya lega.
“Hyung, terima kasih sudah menolongku.” Ucap Zelo tersenyum.
“ne. Ikat tangan preman itu dengan ini.” Perintah Himchan seraya
melempar beberapa helai. Zelo lalu mengambil ikatan itu dan mengikat tangan
para preman itu, sedangkan Himchan mengurusi Daehyun yang pingsan.
“Hyung, dari mana kau tau aku sedang disini?” tanya Zelo.
“tadi Jongup menelponku.
Katanya kau sedang berurusan dengan preman. Yasudah. Aku mencarimu.” Jawabnya.
“ini preman diapakan?”
tanya Zelo setelah selesai mengikat tangan mereka.
“biarkan saja disini.
Aku sudah memberitahu satpam. Ayo kita angkat Daehyun ke UKS.” Ujar Himchan.
Lalu Himchan dan Zelo membawa Daehyun menuju UKS seraya membawa tas yang tadi
di rampok.
***
Daehyun dan Bora
tergeletak lemah di ranjang UKS. Dikepala Bora sudah terbalut perban. Dari tadi
Jongup dan Youngjae dengan setia menunggu Bora bersama Soyou.
“sepertinya ada masalah
di tenggorokan Daehyun.” Ujar Soyou yang sedang mengobati luka Daehyun.
“apa berpengaruh pada
pita suaranya?” tanya Himchan.
“mungkin saja. Sebaiknya
cepat dibawa kerumah sakit. Aku takut kalau benar-benar mengganggu pita
suaranya.” Jawab Soyou.
“baiklah kalau begitu.
Aku akan mengambil mobil. Youngjae, Jongup kalian bisa membawa Daehyun?” tanya
Himchan.
“bisa Hyung.” Jawab mereka serempak.
“aku bagaimana?” tanya
Zelo.
“kau disini saja.
Biarkan Soyou mengobati lukamu. Sekalian menunggu Bora sampai sadar.” Jawab
Himchan. Lalu Himchan berlari mengambil mobilnya. Sementara Jongup dan Youngjae
membawa Daehyun kedepan lobby.
***
Beberapa saat kemudian
Bora sudah sadar dari pingsannya.
“Noona, kau tidak apa-apa?” tanya Zelo.
“kepalaku pusing. Kenapa
kau ada disini?” tanya Bora bingung.
Zelo menceritakan
kejadian tadi dengan detail. Soyou dan Bora menyimak dengan seksama.
“sekarang dimana
Daehyun?” tanya Bora khawatir.
“dibawa ke rumah sakit.
Baru saja .”
“temani aku kesana.”
Pinta Bora.
***
Zelo dan Bora menuju
rumah sakit dengan mobil Bora yang dikendarai Zelo. Dengan tergesa-gesa Bora
menuju ruang UGD. Disana ada Himchan, Youngjae, Jongup dan juga Yongguk.
“bagaimana keadaan
Daehyun?” tanya Bora masih dengan nafas tersengal-sengal.
“pita suaranya
terganggu. Mungkin dia tidak akan bisa mencapai nada tinggi lagi.” Ujar Yongguk
lirih.
Bora shock hingga terduduk lemas. Pikirannya
tidak karuan. Daehyun sampai seperti ini hanya karena ingin menyelamatkannya.
Bora lemas.
“Noona!” pekik Zelo kaget seraya menahan badan Bora yang terhuyung.
“Bora-ssi.” Ujar Yongguk yang tak kalah kaget.
“gwenchanayo?” tanya Himchan. Seketika semua orang mengerubungi
Bora. Bora hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Bora-ssi, Daehyun akan baik-baik saja. Kau
tidak usah khawatir.” Ujar Yongguk seraya mengelus-elus pundak Bora.
“Ta..tapi.. dia begini..
ka.. karena a..aku..” ucap Bora terbata-bata lalu mengucur airmatanya.
“sudahlah. Percaya pada
ku dia akan baik-baik saja. Kata dokter penyakitnya juga tidak permanen.
Daehyun pasti bisa sembuh.” Yongguk berusaha menenangkan Bora.
***
Daehyun menjalani rawat
inap selama beberapa hari untuk mengontrol keadaan pita suaranya. Selama itu
juga Bora dengan setia dan tekun merawat Daehyun. Bahkan Bora pernah sampai
tidak pulang karena ketiduran.
“Noona, kulihat kau lelah sekali. Sebaiknya kau pulang saja.” Ucap
Daehyun dengan suara serak.
“aniya. Aku akan merawatmu sampai sembuh.” Jawab Bora.
“kau tidak perlu merasa
bersalah atasku. Aku baik-baik saja. Aku bertindak seperti itu juga atas mauku
sendiri.” Daehyun berusaha meyakinkan Bora.
“tidak! Pokoknya aku
akan merawatmu sampai sembuh. Bagaimanapun juga, kau begini karena aku.” Bora
bersikeras.
“Noona...”
“Daehyun-ah, tolong biarkan aku merawatmu. Kali
ini saja.” Pinta Bora dengan memohon. Daehyun yang tidak tega akhirnya
mengiyakan saja.
***
Bora merawat Daehyun
dengan baik. Setiap hari ia membawakan cheesecake
kesukaan Daehyun. Mereka juga bersendagurau.
Bora yang biasanya cuek,
jutek dan dingin. Akhir-akhir ini terlihat sangat lembut. Dan Daehyun sangat
senang dengan keadaan ini. Rasanya ia ingin terus sakit, agar Bora bisa
menemaninya terus.
“Daehyun-ah..” panggil Bora.
“hmm?” jawab Daehyun tak
lepas dari kartun di TV.
“apa kata dokter tentang
pita suaramu?”
“mungkin untuk beberapa
bulan ini aku tidak bisa bernyanyi terlalu banyak. Atau berusaha mencapai nada
tinggi.” Jawab Daehyun santai.
“mianhae.” Ujar Bora lirih.
Daehyun memalaingkan
pandangannya kearah Bora yang sedang tertunduk bersalah.
“Noona, kau tidak salah. Untuk apa minta maaf?” tanya Daehyun
lembut.
“tidak bisa.
Bagaimanapun juga semua ini karenaku. Ucap Bora dengan airmata yang mengalir di
pipinya.
“apapun yang ku lakukan.
Itu dibawah tanggung jawabku. Jadi ini bukan salahmu. Aku sudah dewasa, dan aku
tau yang mana yang baik yang mana yang salah.” Ujar Daehyun seraya menghapus
airmata di pipi Bora.
“Noona, aku bosan. Keluar yuk.” Ajak Daehyun melupakan topik tadi.
“kemana?”
“ketaman.” Lalu Bora
mendorong kursi roda Daehyun menuju taman. Ie berhenti di sebuah bangku yang
menghadap bukit.
Senja sudah mulai
muncul. Matahari akan menutup hari ini dengan perlahan. Daehyun menatap
matahari dengan seksama. Dibelakangnya Bora duduk di bangku panjang.
“Noona..” panggil Daehyun memecahkan keheningan.
“ne?”
“aku mau mengatakan
sesuatu.”
“apa?”
“mungkin aku menyukaimu.
Aku selalu gelisah saat tidak melihatmu. Makanya aku selalu berusaha mencarimu
meskipun hanya melihatmu dari jauh. Aku sakit saat kau sakit. Aku senang saat
melihat kau tertawa. Aku takut, jika aku sudah sembuh nanti kau akan pergi
dariku, bahkan tidak lagi mengenalku.
“kita akan menjadi dua
orang yang tidak saling kenal seperti sebelum kau melatihku. Aku ingin terus
berada disampingmu. Tapi aku tidak ingin kau bertemu dengan Yongguk Hyung. Karena kalian sangat dekat, aku
tidak suka.
“tapi sepertinya kau
tidak merasakan apa yang aku rasakan. Tak apa, yang penting aku sudah
mengungkapkan apa yang ada dalam hatiku. Yang penting aku sudah lega dan tidak
menjadi beban pikiranku lagi. Aku lelah harus memendamnya, Noon.” Ungkap Daehyun panjang lebar. Bora yang dari tadi
mendengarkan seperti tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
Selama ini bukannya Bora
tida merasa sepi. Ia bahkan ingin kembali kemasa-masa ia melatih Daehyun lagi.
Tapi apa mungkin dia juga menyukai Daehyun? Padahal mereka terpaut usia 3 tahun
lebih tua Bora. tapi Bora juga merasakan
apa yang diucapkan Daehyun.
Ia sering mencuri-curi
pandang dari kejauhan, ia sakit ketika mendengar pita suara Daehyun terganggu.
Apa dia juga menyukai Daehyun? Bahkan mencintai.
“entahlah, aku merasa
aku juga merasakan apa yang kau ucapkan tadi, tapi entah itu cinta atau bukan.”
Jawab Bora.
“Noona, semua akan terasa jika sudah berjalan.” Ucap Daehyun. Kali
ini ia menoleh kearah Bora.
“Noona, aku ingin kau selalu disisiku. Seperti ini. Maukah?”
lanjutnya.
Bora berfikir sejenak.
Ia seperti sedang menimbang-nimbang jawaban. Satu menit... dua menit... tiga
menit..
“baiklah, aku akan terus
berada disampingmu. Menjagamu, menyayangimu. Seperti saat ini.” Jawab Bora
tersenyum.
“jinjjayo?” tanya Daehyun meyakinkan.
“ne, jinjja jinjja jinjja.”
Tegas Bora.
“yeayyy!! Bora Noona menerimaku, duniaa.” Teriak
Daehyun kegirangan. Bora hanya terkekeh geli dibelakangnya.
Daehyun meraih kedua
tangan Bora lalu melingkarkannya kelehernya.
“Noona! SARANGHAE!”
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar