Selasa, 19 Maret 2013

Noona Saranghae!


Tittle: “Noona! Saranghae”
Cast: 
- Jung Daehyun B.A.P
- Yoon Bora SiSTAR
- all of B.A.P’s member
- all of SiSTAR’s member
Genre: romance? Love story ajadah.
Length: one shoot
 
“Noona!” teriak Daehyun dari kejauhan.
“ada apa?” tanya Bora.
“Mr. Kim merekomendasikan Bora Noona untuk melatihku berenang dan lari untuk lomba tahunan di universitas ini. Aku mewakilkan jurusan seni musik.” Kata Daehyun saat menghampiri Bora yang akan beranjak pulang.
“Mr. Kim? Melatihmu? Memangnya aku sehebat apa sampai harus melatihmu?” tanya Bora bingung.
“molla. Aku hanya diperintahkan untuk mencari Noona. Kata Mr. Kim Noona pernah meraih juara 1 lomba lari antar univeritas dan juara 2 lomba berenang.” Jawab Daehyun polos.
“kapan kau akan ku latih?” tanya Bora.
“besok. Mungkin sepulang Noona kuliah.”
“baiklah. Aku akan menghadap Mr. Kim dulu.” Jawab Bora lalu melangkah pergi seraya mengenakan headsetnya.
“dingin sekali dia.” Dengus Daehyun lalu melangkah pergi.
***
“aku bukan tidak punya alasan merekrut kau sebagai tutor Daehyun. Aku lihat kau adalah mahasiswa yang bertalenta dalam bidang olahraga. Dan menurutku Daehyun membutuhkanmu sebagai pelatihnya.”  Jelas Mr. Kim saat Bora meminta penjelasan.
“tapi aku tidak tau bagaimana cara melatih seseorang Kim-ssi.” Sanggah Bora sedikit kesal.
“kau ini, tidak boleh pelit dalam berbagi ilmu.” Ucap Mr. Kim tak mau tau.
“aku bukannya pelit, tapi..”
“sudah, sudah. Sebaiknya kau siapkan dirimu untuk melatih Jung Daehyun besok. Aku masih banyak pekerjaan.” Potong Mr. Kim lalu melangkah pergi meninggalkan Bora sendirian di ruangannya.
“hash, dasar!” celetuk Bora sebal.
Sebenarnya bukannya Bora tidak ingin membagikan ilmu pada Daehyun atau orang lain, dia hanya tidak mengerti bagaimana cara melatih seseorang. Karena dia bisa meraih juara-juara itu bukan karena di latih, melainkan otodidak.
***
Keesokan harinya, Bora sudah menunggu Daehyun di pinggir kolam renang kampusnya. Bora mengenakan hotpans biru tua dan kaus singlet putih. Rambutnya dikucir kuda. Ia bersandar di kursi seraya mendengarkan musik.
Beberapa menit kemudian Daehyun datang masih dengan baju formalnya yang digunakan untuk kuliah.
“Noona maaf aku terlambat.” Ucapnya seraya menaruh barang-barangnya kursi sampin Bora duduk.
“cepat ganti baju dan mulai latihan.” Jawab Bora tanpa menjawab pernyataan Daehyun tadi. Lalu Daehyun pun pergi ke kemar ganti.
Beberapa menit kemudian Daehyun  sudah kembali mengenakan boxer bergambakan Mickey Mouse dan bertelanjang dada. Bora yang melihat motif boxer Daehyun terkekeh geli.
“wae?” tanya Daehyun bingung.
“kau ini. Sudah kuliah tetapi masih saja memakai celana bermotif kartun.” Ucap Bora.
“Oh ini. Aku menyukainya, Noon.” Jawab Daehyun malu.
“yasudah cepat lari keliling kolam 3 kali. Pemanasan terlebih dahulu.” Perintah Bora kembali tegas.
Daehyun menuruti perkataan Bora. Dia belari ringan. Dalam hatinya ia senang karena baru pertama kali melihat Bora tersenyum. “manis juga Bora Noona kalau tidak jutek.” Ucapnya dalam hati.
***
“Noona, aku lelah.” Keluh Daehyun saat Bora menyuruhnya bolak-balik kolam renang dengan durasi kurang dari 2 menit.
Bora melirik jam tangannya. Sudah 3 jam mereka berlatih. “yasudah naik saja. Besok kita lanjautkan lagi.” Jawabnya.
“lalu, kapan kita akan latihan lari?” tanya Daehyun tanpa beranjak dari kolam renang.
“apa kau sanggup latihan hari ini? Kau mau badanmu sakit semua?” tanya Bora tanpa menoleh yang sedang merapihkan barang-barangnya.
“aniya.” Jawab Daehyun lalu menenggelamkan kepalanya kedalam air.
“kenapa tidak naik?” tanya Bora bingung.
“aku tidak kuat.” Jawab Daehyun lemas.
“hash kau ini.” Bora mengulurkan tangannya lalu menarik Daehyun naik.
“gomapaseumnida.” Kata Daehyun seraya membungkukkan badannya. Bora hanya mengangguk dan kembali merapihkan barangnya.
“Noona, kau mau menemaniku makan? Aku belum makan seharian.” Tawar Daehyun.
“mwo?! Kau latihan tanpa makan? Kau ini bodoh atau apa? Kau mengeluarkan banyak tenaga tanpa menggantinya itu sama saja bunuh diri.” Jawab Bora dengan nada tinggi.
“makanya kau harus menemaniku makan, Noona.”
“dasar kau ini.” Dengus Bora.
***
“makanan disini enak sekali. Aku baru pertama kalinya datang kesini.” Ucap Daehyun disela-sela makannya. 
Bora hanya melihat Daehyun makan tanpa merespon kata-kata Daehyun. Bora menggelengkan kepalanya pertanda heran.
“wae? Mengapa tidak Noona makan?” tanya Daehyun yang sadar sedang diperhatikan oleh Bora.
“aku sudah kenyang melihatmu makan selahap itu.” Jawab Bora seraya mengaduk-aduk makanannya.
“kau tidak boleh seperti itu, Noona. Kau harus menghabiskannya. Kau kan baru saja melatihku, pasti lelah.” Jawab Daehyun polos.
Bora membuat seulas senyuman di wajahnya lalu melanjutkan makannya.
“kau sudah kuliah semester berapa?” tanya Bora membuka percakapan.
“aku baru semester 2, Noon. Kau sendiri?”
“Oh. Aku semester 5.”
“jurusan apa?”
“jurusan seni drama.”
“wah berarti kau calon aktris.”
“tidak juga. Kau suka olahraga?”
“sebenarnya aku sangat suka olahraga, Noon. Hanya saja itu semua sebatas hobby. Aku lebih tertarik dengan dunia musik. Karena aku tidak terlalu liihai dalam bermain alat musik jadi, aku lebih memilih memperdalam ilmu vocal ku. Dan 3 hal yang paling berarti dalam hidupku adalah, Ibu, suaraku, dan sahabatku.” Jelas Daehyun.
“Oh.. ku kira kau dibagian alat musik. Adikku juga dibagian vocal.”
“Oh ya? Siapa namanya?”
“Kim Dasom. Dia semester 2 juga. Mungkin kau mengenalnya.”
“ahh, siapa yang tidak kenal dengan Kim Dasom. Dia memiliki kualitas vocal yang luar biasa. Hyorin Noona sering memujinya.”
“Hyorin?”
“iya, dia senior kami yang sering membantu kami. Dia memiliki suara yang bagus. Bahkan berbeda dengan vocal gadis korea.”
Perbincanganpun berlanjut sampai malam. Dan Bora mengantar Daehyun pulang kerumahnya, karena ia merasa bertanggung jawab atas anak kecil yang dilatihnya itu.
***
2 hari kemudian...
“Unnie!” Dasom mengguncang badan Bora yang sedang tidur.
“waeyo?” tanya Bora dalam keadaan belum sadar sepenuhnya.
“Unnie bangun!” Dasom kembali mengguncang badan Bora. Bora melihat jam di samping kasurnya. Masih menunjukkan jam 10 malam.
“ada apa sih? Ini masih malam.” Tanya Bora lagi, kali ini dengan posisi duduk.
“Unnie, kau mengenal Daehyun? Aku dengar kau juga melatihnya berenang dan lari?” tanya Dasom bersemangat.
“umm... Daehyun?” tanya Bora setengah sadar. Dasom mengangguk cepat.
“iya. Mr. Kim menyuruhku menjadi pelatihnya.” Jawab Bora dengan suara serak.
“ya, Unnie! Beruntung sekali kau.” Respon Dasom senang.
“beruntung apanya?” tanya Bora bingung.
“Jung Daehyun itu namja yang paling digemari di kelas. Ah, dia itu tampan, cerdas, baik, dan suaranya pun sangat merdu.”
“lalu?”
“Yah, Unnie. Masa kau tidak senang?”
“untuk apa? Dia biasa saja.” Ujar Bora lalu menarik kembali selimutnya. Dasom mengguncang badan Bora lagi, namun Bora tetap tidak bergeming. Hingga Dasom lelah dan kembali ke kamarnya
***
Hari ini Bora akan melatih lari Daehyun, Bora sudah siap di pinggir lapangan bola. Menunggu Daehyun yang tak kunjung datang. Hari itu adalah hari minggu, jadi mereka libur. Tapi Bora meminta untuk tetap latihan agar hasilnya lebih maksimal.
Limabelas menit kemudian barulah Daehyun datang. Ia tidak sendiri, ia bersama seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi yang sepertinya tidak asing bagi Bora. Bora menyipitkan matanya saat memandang laki-laki yang bersama Bora.
“Bang Yongguk?” gumam Bora.
“annyeonghaseyo, Bora-ssi.” Sapa pria yang bersama Daehyun seraya membungkukkan badannya yang diikuti oleh Daehyun.
“annyeonghaseyo.” Balas Bora seraya membungkukkan badannya juga.
“lama sekali kita tidak bertemu.” Ucap Yongguk ramah.
“ah, iya. Bagaimana kabarmu Yongguk-ssi?” tanya Bora.
“baik. Bagaimana denganmu?”
“baik juga. Kau kenal dengan Daehyun?”
“ya tentu saja. Dia adikku yang sering ku ceritakan.” Yongguk adalah teman lama Bora. Bora sangat menghormati Yongguk sebagai sunbae nya di sekolahnya dulu. Padahal mereka satu kelas.
Bora melatih Daehyun dengan semangat, karena cuaca hari itu tidak begitu panas. Tak jarang Yongguk mengajak Bora bercerita. Dan tak jarang pula Daehyun tidak dihiraukannya. Bora begitu asik mengobrol dengan Yongguk.
“salah sepertinya aku mengajak Yongguk Hyung kemari.” Gerutu Daehyun sambil terus berlari.
***
Sehari sebelum lomba renang...
“hari ini kau berlatih sangat baik, Daehyun-ah.” Ucap Bora saat istirahat.
“gomawo.” Jawab Daehyun dengan membungkuk. “ah, Noona.”  Lanjutnya.
“hmm?” jawab Bora yang sedang minum.
“aku tidak suka jika kau sedang bersama Yongguk Hyung.” Ucap Daehyun jujur.
Bora tersedak minumannya saat mendengar pernyataan Daehyun. “maksudmu?” tanyanya.
“kau tidak pernah menghiraukanku. Ketika aku bertanya kau malah mengacuhkanku. Dan itu menyebalkan. Dan perhatianmu padaku juga berkurang.” Jawab Daehyun.
“ya, Daehyun-ah. Aku dengan Yongguk adalah teman lama. Jadi kalau kita asyik mengobrol itu wajar saja.” Jawab Bora lembut.
“tapi tetap saja aku tidak ingin membawa Yongguk Hyung saat menemuimu lagi meskipun dia meminta.”
“haha, kau ini ada-ada saja.”
“sungguh! Ku rasa aku menyukai Noona.” Jawabnya lirih.
Bora kaget atas ucapan Daehyun barusan. “sudahlah, lupakan saja. Anggap aku tidak pernah berbicara seperti itu. Ayo latihan lagi.” Lanjut Daehyun saat sadar sedang di tatap Bora.
***
Entah mengapa Daehyun menjadi cuek dengan Bora. Apalagi saat Yongguk datang ke perlombaan Daehyun dan menghabiskan waktunya bersama Bora. biasanya Daehyun selalu aktif bertanya atau mengajak Bora berbicara. Tetapi setelah paska mengakunya Daehyun kalau dia menyukai Bora malah membuat hubungan mereka menjadi longgar.
Dan tidak bisa dipungkiri juga bahwa Bora sangat kehilangan sosok Daehyun yang dulu. Saat latihan lari pun Daehyun tidak seaktif biasanya. Bora heran dengan tingkah laku murid dadakannya itu.
“Daehyun-ah..” panggil Bora saat akan dumulainya lomba lari.
Daehyun menoleh, hanya mengangkat alisnya menandakan menjawab panggilan Bora.
“kau kenapa?” tanya Bora.
“kenapa apanya?” Daehyun balik bertanya.
“kau berubah.”
“berubah? Aku tetap seperti ini.” Jawabnya santai lalu mengalihkan pandangannya ke arena lari.
“kau ini.” Dengus Bora lirih.
“Noona, aku bersiap-siap dulu.” Pamit Daehyun lalu ia langsung pergi begitu saja.
***
Daehyun’s POV
Akhirnya Bora Noona menyadari perubahanku. Aku berubah bukan tanpa alasan. Aku tidak ingin perasaanku pada Bora Noona terlalu jauh. Dia terlalu sulit untuk ku miliki. Dan ku fikir dia tidak memiliki perasaan yang sama sepertiku.
Pikiranku kacau sekarang, tapi aku harus memenangkan lomba ini. Agar Bora Noona tidak kecewa padaku. Ya Tuhan, kuatkan aku.
“kau kenapa?” tanya Youngjae yang akan mengikuti lomba lari juga.
“aku tidak apa-apa. Memangnya kenapa?” tanya Daehyun balik.
“kau terlihat kacau. Karena Noona itu?” tanya Youngjae lagi.
“ya bisa dibilang begitu.” Jawab Daehyun. Youngjae adalah teman Daehyun dari SMA.
“kau berhenti mengejarnya?”
Daehyun mengangguk “ku rasa, sulit untuk menaklukkan hati Bora Noona. Dia selalu bersikap dingin padaku. Dan sepertinya dia tidak memiliki perasaan yang sama.” Jawabnya.
“cinta itu tidak boleh dipasrahkan, cinta itu harus dikejar. Masa baru begini saja kau sudah menyerah? Bagaimana jika kalian pacaran nanti? Cobaan akan lebih banyak datang.” Nasihat Youngjae.
“sudahlah, tidak usah membicarakan dia. Membuat pertahananku runtuh saja. Ayo, lomba sudah mau dimulai.” Jawab Daehyun lalu melangkah pergi. Youngjae hanya menggelengkan kepalanya.
***
Bora’s POV
Aku hanya bisa melihat Daehyun dari kejauhan sepertinya mulai sekarang. Tugasku sudah selesai. Lomba sudah dia lewati dengan baik. Ah, kenapa aku begitu sedih? Rasanya aku ingin kembali kemasa melatihnya dulu.
Jung Daehyun, kau bocah yang akhir-akhir ini menyita pikiranku. Bagaimana bisa? Aku mengenalmu baru dua minggu ini.
“kau melatih muridmu dengan bagus.” Ucap Hyorin tiba-tiba saat aku sedang melamun di kantin.
Aku hanya mengangkat alisku pertanda tidak mengerti.
“Jung Daehyun, dia bisa meraih juara 1 di dua lomba. Bukankah itu hasil yang baik?” lanjut Hyorin.
“itu karena dia mempunyai dasar yang baik memang.” Jawabku seraya meminum milkshake vanilla.
“kau ini.” Dengus Hyorin. “ah iya, sepertinya dia menyukaimu.” Lanjutnya.
Hampir saja aku menyemprotkan milkshake yang ada dalam mulutku saat mendengar pernyataan Hyorin. “mana mungkin.”
“mungkin saja.” Hyorin mengubah posisi duduknya menghadapku. “aku sangat mengenal baik siapa Daehyun itu. Dia juniorku. Semenjak latihan denganmu dia terlihat lebih dewasa dan bersemanagat.” Lanjutnya.
“kau saja yang terlalu menyangkutpautkan denganku.” Responku cuek.
“ya, Yoon Bora! kau saja yang terlalu cuek dan tidak perduli. Sampai seseorang menyukaimu saja kau tidak tau. Pantas saja Daehyun berubah denganmu. Mungkin dia lelah dengan sifatmu yang dingin.” Bentak Hyorin kesal. Aku hanya terkekeh geli.
***
Author’s POV
Hari demi hari dilewati Bora tanpa bertemu dengan Daehyun, jujur saja itu membuat Bora merasa sepi. Dia merasa kehilangan moodmakernya. Biasanya dia melatih Daehyun yang cerewet. Sekarang, dia hanya sering berpapasan dengan Daehyun. Bahkan tak jarang mereka tidak bertegur sapa karena saling gengsi
Sepulang kuliah Bora sedang menuju parkiran yang tiba-tiba di pukul oleh tiga laki-laki berperawakan tinggi besar dan bertato. Seketika Bora jatuh kelantai. Dan tidak sadarkan diri. Tasnya dirampas oleh laki-laki itu, sepertinya mereka adalah preman.
Daehyun yang melihat kejadian itu dari jauh langsung saja berlari mengejar tiga laki-laki yang memukul Bora. Jongup dan Zelo yang tadinya sedang ngobrol dengan Daehyun pun ikut berlari. Zelo mengejar Daehyun dan Jongup menghampiri Bora yang terkulai lemah. Daerah parkiran memang selalu sepi. Tidak ada oranglain disana. Jongup langsung menelpon Youngjae.
Jongup dan Youngjae membawa Bora ke UKS kampus. Disana ada Soyou adik Hyorin yang sedang menjaga UKS.
“Noona, tolong dia. Tadi kepalanya dipukul.” Ujar Jongup saat sampai di UKS.
“Unnie!” pekik Soyou langsung mengambil kotak P3K. “dia dipukul menggunakann apa?” tanya Soyou.
“entahlah, sepertinya kayu.” Ucap Jongup.
“tapi menurutku bukan kayu. Karena kepalanya sampai bocor seperti itu.” Tandas Youngjae.
“iya, sepertinya bukan kayu. Bagaimana bisa? Siapa yang memukulnya?” tanya Soyou seraya mengobati luka Bora dengan sigap.
“tadi ada 3 laki-laki yang tiba-tiba datang dan memukul Bora Noona. Sepertinya mereka perampok, karena mereka membawa lari tasnya.” Jawab Jongup yang tadi berada di lokasi kejadian.
“lalu, tidak ada yang mengejar preman itu?”  tanya Youngjae.
“tadi Zelo dengan Daehyun mengejar mereka. Entahlah akan baik-baik saja atau tidak. Preman itu 3 orang, sedangkan Daehyun hanya dengan Zelo. Lagian, badan preman itu besar-besar.” Ucap Jongup cemas.
***
Daehyun dan Zelo berlari sangat kencang. Mengejar para preman yang tadi memukul Bora. bukan karena ingin mengambil kembali tas Bora, tetapi Daehyun sangat geram karena mereka memukul Bora sampai Bora pingsan.
Daehyun menarik jaket laki-laki yang paling belakang lalu tidak segan-segan menghujamnya dengan rentetan tinju. Zelo meraih laki-laki yang ada di depannya lagi. Dan mendorong serta menendang daerah sensitive nya hingga laki-laki itu tersungkur.
Sedangkang laki-laki yang paling depan membantu temannya yang di hujam dengan rentetan tinju oleh Daehyun. Laki-laki yang paling depan itu menarik kerah Daehyun lalu menyiku lehernya. Daehyun langsung terkulai. Sepertinya itu daerah sensitivenya. Laki-laki yang di tendang Zelo tadi sudah tidak berkutik, lalu Zelo berbalik menyelamatkan Daehyun yang di hajar dua laki-laki tersebut.
Zelo menarik baju salah satu laki-laki tersebut lalu meninju wajahnya sampai keluar darah dari pelipisnya. Dan laki-laki satunya mengangkat besi yang tadi digunakan untuk memukul Bora kearah Zelo. Tetapi sepertinya gagal karena terdengar bunyi pukulan yang sangat keras saat itu juga.
Himchan, sunbae Daehyun, Zelo, Jongup serta Youngjae datang dengan membawa ranting pohon yang cukup besar. Himchan memukul laki-laki yang hendak memukul Zelo tadi tanpa ampun. Zelo menggunakan kesempatan itu untuk menghabisi laki-laki yang ia tarik tadi. Zelo kembali menendang daerah sensitive seperti saat pertama kali ia menendang salah satu temannya. Dan tersungkurlah laki-laki itu.
Zelo menoleh, melihat aksi membabibutanya Himchan. Laki-laki itu sudah terkulai lemas namun Himchan tetap saja menghujamnya dengan pukulan.
“Hyung sudah Hyung. Dia sudah pingsan.” Ujar Zelo.
Himchan menghentikan aksinya lalu melihat kearah korban, “ah iya. Untung saja.” Ujarnya lega.
“Hyung, terima kasih sudah menolongku.” Ucap Zelo tersenyum.
“ne. Ikat tangan preman itu dengan ini.” Perintah Himchan seraya melempar beberapa helai. Zelo lalu mengambil ikatan itu dan mengikat tangan para preman itu, sedangkan Himchan mengurusi Daehyun yang pingsan.
“Hyung, dari mana kau tau aku sedang disini?” tanya Zelo.
“tadi Jongup menelponku. Katanya kau sedang berurusan dengan preman. Yasudah. Aku mencarimu.” Jawabnya.
“ini preman diapakan?” tanya Zelo setelah selesai mengikat tangan mereka.
“biarkan saja disini. Aku sudah memberitahu satpam. Ayo kita angkat Daehyun ke UKS.” Ujar Himchan. Lalu Himchan dan Zelo membawa Daehyun menuju UKS seraya membawa tas yang tadi di rampok.

***

Daehyun dan Bora tergeletak lemah di ranjang UKS. Dikepala Bora sudah terbalut perban. Dari tadi Jongup dan Youngjae dengan setia menunggu Bora bersama Soyou.
“sepertinya ada masalah di tenggorokan Daehyun.” Ujar Soyou yang sedang mengobati luka Daehyun.
“apa berpengaruh pada pita suaranya?” tanya Himchan.
“mungkin saja. Sebaiknya cepat dibawa kerumah sakit. Aku takut kalau benar-benar mengganggu pita suaranya.” Jawab Soyou.
“baiklah kalau begitu. Aku akan mengambil mobil. Youngjae, Jongup kalian bisa membawa Daehyun?” tanya Himchan.
“bisa Hyung.” Jawab mereka serempak.
“aku bagaimana?” tanya Zelo.
“kau disini saja. Biarkan Soyou mengobati lukamu. Sekalian menunggu Bora sampai sadar.” Jawab Himchan. Lalu Himchan berlari mengambil mobilnya. Sementara Jongup dan Youngjae membawa Daehyun kedepan lobby.
***
Beberapa saat kemudian Bora sudah sadar dari pingsannya.
“Noona, kau tidak apa-apa?” tanya Zelo.
“kepalaku pusing. Kenapa kau ada disini?” tanya Bora bingung.
Zelo menceritakan kejadian tadi dengan detail. Soyou dan Bora menyimak dengan seksama.
“sekarang dimana Daehyun?” tanya Bora khawatir.
“dibawa ke rumah sakit. Baru saja .”
“temani aku kesana.” Pinta Bora.
***
Zelo dan Bora menuju rumah sakit dengan mobil Bora yang dikendarai Zelo. Dengan tergesa-gesa Bora menuju ruang UGD. Disana ada Himchan, Youngjae, Jongup dan juga Yongguk.
“bagaimana keadaan Daehyun?” tanya Bora masih dengan nafas tersengal-sengal.
“pita suaranya terganggu. Mungkin dia tidak akan bisa mencapai nada tinggi lagi.” Ujar Yongguk lirih.
Bora shock hingga terduduk lemas. Pikirannya tidak karuan. Daehyun sampai seperti ini hanya karena ingin menyelamatkannya. Bora lemas.
“Noona!” pekik Zelo kaget seraya menahan badan Bora yang terhuyung.
“Bora-ssi.” Ujar Yongguk yang tak kalah kaget.
“gwenchanayo?” tanya Himchan. Seketika semua orang mengerubungi Bora. Bora hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Bora-ssi, Daehyun akan baik-baik saja. Kau tidak usah khawatir.” Ujar Yongguk seraya mengelus-elus pundak Bora.
“Ta..tapi.. dia begini.. ka.. karena a..aku..” ucap Bora terbata-bata lalu mengucur airmatanya.
“sudahlah. Percaya pada ku dia akan baik-baik saja. Kata dokter penyakitnya juga tidak permanen. Daehyun pasti bisa sembuh.” Yongguk berusaha menenangkan Bora.
***
Daehyun menjalani rawat inap selama beberapa hari untuk mengontrol keadaan pita suaranya. Selama itu juga Bora dengan setia dan tekun merawat Daehyun. Bahkan Bora pernah sampai tidak pulang karena ketiduran.
“Noona, kulihat kau lelah sekali. Sebaiknya kau pulang saja.” Ucap Daehyun dengan suara serak.
“aniya. Aku akan merawatmu sampai sembuh.” Jawab Bora.
“kau tidak perlu merasa bersalah atasku. Aku baik-baik saja. Aku bertindak seperti itu juga atas mauku sendiri.” Daehyun berusaha meyakinkan Bora.
“tidak! Pokoknya aku akan merawatmu sampai sembuh. Bagaimanapun juga, kau begini karena aku.” Bora bersikeras.
“Noona...”
“Daehyun-ah, tolong biarkan aku merawatmu. Kali ini saja.” Pinta Bora dengan memohon. Daehyun yang tidak tega akhirnya mengiyakan saja.
***
Bora merawat Daehyun dengan baik. Setiap hari ia membawakan cheesecake kesukaan Daehyun. Mereka juga bersendagurau.
Bora yang biasanya cuek, jutek dan dingin. Akhir-akhir ini terlihat sangat lembut. Dan Daehyun sangat senang dengan keadaan ini. Rasanya ia ingin terus sakit, agar Bora bisa menemaninya terus.
“Daehyun-ah..” panggil Bora.
“hmm?” jawab Daehyun tak lepas dari kartun di TV.
“apa kata dokter tentang pita suaramu?”
“mungkin untuk beberapa bulan ini aku tidak bisa bernyanyi terlalu banyak. Atau berusaha mencapai nada tinggi.” Jawab Daehyun santai.
“mianhae.” Ujar Bora lirih.
Daehyun memalaingkan pandangannya kearah Bora yang sedang tertunduk bersalah.
“Noona, kau tidak salah. Untuk apa minta maaf?” tanya Daehyun lembut.
“tidak bisa. Bagaimanapun juga semua ini karenaku. Ucap Bora dengan airmata yang mengalir di pipinya.
“apapun yang ku lakukan. Itu dibawah tanggung jawabku. Jadi ini bukan salahmu. Aku sudah dewasa, dan aku tau yang mana yang baik yang mana yang salah.” Ujar Daehyun seraya menghapus airmata di pipi Bora.
“Noona, aku bosan. Keluar yuk.” Ajak Daehyun melupakan topik tadi.
“kemana?”
“ketaman.” Lalu Bora mendorong kursi roda Daehyun menuju taman. Ie berhenti di sebuah bangku yang menghadap bukit.
Senja sudah mulai muncul. Matahari akan menutup hari ini dengan perlahan. Daehyun menatap matahari dengan seksama. Dibelakangnya Bora duduk di bangku panjang.
“Noona..” panggil Daehyun memecahkan keheningan.
“ne?”
“aku mau mengatakan sesuatu.”
“apa?”
“mungkin aku menyukaimu. Aku selalu gelisah saat tidak melihatmu. Makanya aku selalu berusaha mencarimu meskipun hanya melihatmu dari jauh. Aku sakit saat kau sakit. Aku senang saat melihat kau tertawa. Aku takut, jika aku sudah sembuh nanti kau akan pergi dariku, bahkan tidak lagi mengenalku.
“kita akan menjadi dua orang yang tidak saling kenal seperti sebelum kau melatihku. Aku ingin terus berada disampingmu. Tapi aku tidak ingin kau bertemu dengan Yongguk Hyung. Karena kalian sangat dekat, aku tidak suka.
“tapi sepertinya kau tidak merasakan apa yang aku rasakan. Tak apa, yang penting aku sudah mengungkapkan apa yang ada dalam hatiku. Yang penting aku sudah lega dan tidak menjadi beban pikiranku lagi. Aku lelah harus memendamnya, Noon.” Ungkap Daehyun panjang lebar. Bora yang dari tadi mendengarkan seperti tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
Selama ini bukannya Bora tida merasa sepi. Ia bahkan ingin kembali kemasa-masa ia melatih Daehyun lagi. Tapi apa mungkin dia juga menyukai Daehyun? Padahal mereka terpaut usia 3 tahun lebih tua Bora.  tapi Bora juga merasakan apa yang diucapkan Daehyun.
Ia sering mencuri-curi pandang dari kejauhan, ia sakit ketika mendengar pita suara Daehyun terganggu. Apa dia juga menyukai Daehyun? Bahkan mencintai.
“entahlah, aku merasa aku juga merasakan apa yang kau ucapkan tadi, tapi entah itu cinta atau bukan.” Jawab Bora.
“Noona, semua akan terasa jika sudah berjalan.” Ucap Daehyun. Kali ini ia menoleh kearah Bora.
“Noona, aku ingin kau selalu disisiku. Seperti ini. Maukah?” lanjutnya.
Bora berfikir sejenak. Ia seperti sedang menimbang-nimbang jawaban. Satu menit... dua menit... tiga menit..
“baiklah, aku akan terus berada disampingmu. Menjagamu, menyayangimu. Seperti saat ini.” Jawab Bora tersenyum.
“jinjjayo?” tanya Daehyun meyakinkan.
“ne, jinjja jinjja jinjja.” Tegas Bora.
“yeayyy!! Bora Noona menerimaku, duniaa.” Teriak Daehyun kegirangan. Bora hanya terkekeh geli dibelakangnya.
Daehyun meraih kedua tangan Bora lalu melingkarkannya kelehernya.
“Noona! SARANGHAE!”
-END- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar