Kau pergi disaat aku
mencintaimu.
Disaat rasa itu semakin
berkembang
Disaat rasa itu terasa
nyata dan jelas.
Dan di saat aku
membutuhkannya.
Aku sendiri,
Bertopang kesedihan dan
air mata.
Berlumur bimbang dan
putus asa.
Berbalut pahit dan
perih.
Seiring berjalannya
waktu,
Aku mulai terbiasa.
Aku mulai menjalani
hidup tanpa air mata.
Meski masih tergores
luka yang kau toreh.
Bukan hal mudah
melupakanmu.
Bukan hal mudah hidup
tanpamu.
Bukan hal mudah berdiri
tanpamu.
Tapi, tlah kubuktikan
bahwa aku mampu.
Tapi mengapa?
Mengapa disaat aku
menjadi gadis yang tegar, kau kembali.
Kau datang dengan rayu
dan godamu lagi.
Kau kembali masuk ke
dalam hatiku.
Kau penuhi semua
ruangku.
Mengapa bukan dulu? Mengapa
harus sekarang?
Disaat aku mendapat
penggantimu?
Disaat aku menemukan
kebahagiaan yang baru.
Disaat aku sudah
terbiasa dengannya.
Dia, dia yang menghapus
lukaku.
Dia yang merawat luka
yang kau toreh hingga kering dan hilang.
Dia yang selalu
mensuportku.
Dia yang bisa memberikan
yang aku butuhkan.
Jujur dalam hati, kau
takkan terganti olehnya.
Kalian telah memiliki
tempat yang berbeda di hatiku.
Dengan kasta yang sama
tinggi.
Tetapi aku harus memilih
salah satu.
Dan, aku akan memilih
dia.
Aku tak ingin mengulangi
kesalahan.
Untuk yang kedua
kalinya.
Maaf, kita hanya sebatas
sahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar