Senin, 02 September 2013

FF: Time Machine [Part 1]

Tittle: Time Machine
Cast: Tiffany Hwang (SNSD)
         Park Chanyeol (EXO)
         Choi Sooyoung (SNSD)
         etc
Genre: sad ending
“Noona!” ChanYeol berteriak dari kejauhan. Dia berlari menuju Tiffany yang sedang asik membaca novel di bangku pinggir lapangan.
Tiffany menengadahkan kepalanya, “apasih? Kau berteriak sambil lari begitu. Ada apa?” tanya Tiffany bingung.
“aku diterima audisi di Star Entertaiment! Wah, Noona! Aku senang sekali.” Jawab ChanYeol bersemangat.
“jinjjayo?” tanya Tiffany kaget seraya menutup novelnya.
“nde! Ah Noona, kalau nanti aku terkenal. Kau akan kuangkat menjadi fans pertamaku! Hahaha.” Gurau ChanYeol.
“haish kau ini. Siapa juga yang menjadi fansmu. Eh, karena kau sudah berhasil, hari ini kau harus mentraktirku makan!” todong Tiffany.
“Noona, aku tidak membawa uang banyak. Nanti malam saja aku jemput ya?”
“oke baiklah, ku tunggu kau nanti malam. Jam 7. Ontime!” tegas Tiffany.
“oke, Noona. Aku akan tepat waktu.” Jawab ChanYeol tersenyum.***
ChanYeol sudah ada dirumah Tiffany sejak pukul 6 sore. ChanYeol memang sudah dekat dengan keluarga Tiffany. Karena dulu mereka bertetangga sejak kecil. Namun, Ayah Tiffany harus pindah karena tuntutan pekerjaan.
“ChanYeol-ah, ku dengar kau diterima dari audisi dancer ya?” tanya ayah Tiffany yang saat itu sedang menonton TV dengan ChanYeol diruang TV.
“ne, ahjussi. Aku senang sekali. Itu audisi besar dan aku diterima.” Jawab ChanYeol riang.
“kalau begitu kau akan terkenal nanti. Jangan lupakan aku ya jika kau sudah sukses.” Jawab Ayah Tiffany seraya terkekeh.
“ya ahjussi! Aku tidak akan pernah melupakanmu. Dan kalian.” jawab ChanYeol tegas. Ayah Tiffany hanya terkekeh geli.
Tiffany sudah keluar dari kamarnya mengenakan hot pans biru dan kemeja kotak-kotak merah muda. Ia tidak pernah keluar dari style nya.
“ChanYeol-ah, ayo. Aku tidak ingin pulang terlalu larut.” Ajak Tiffany. Lalu ChanYeol pamit kepada Ayah Tiffany dan pergi.
Mereka menuju cafe favorite mereka. Xiau Cafe. Seperti biasa mereka duduk di sudut cafe dekat jendela dan dengan pencahayaan yang remang-remang.
“malam ini kau bisa pesan sepuasmu, Noona.” Jawab ChanYeol meringis memperlihatkan deretan gigi putihnya.
“memangnya kau mampu membayari makanku hah?” tantang Tiffany.
“aku tau porsi makanmu, Noona. Tenang saja.” Jawab ChanYeol santai. Tiffany hanya terkekeh geli.
Setelah memesan makanan, keduanya saling diam. Tidak ada yang angkat bicara. Mereka sibuk dengan gadget masing-masing. Mungkin orang yang tidak tau mereka, akan mengira mereka sedang kencan. Padahal mereka hanya sebatas kakak-adik. Setidaknya itu yang akan mereka jawab jika ada yang bertanya tentang hubungan mereka.
Setelah pesanan datang, mereka makan dengan tenang dan penuh gurauan. Ya seperti itulah mereka. Selalu tidak pernah serius.
“ChanYeol-ah, aku lelah tertawa terus. Oh iya, kapan kau akan mulai training disana?” tanya Tiffany disela-sela makannya.
“mulai hari senin besok, Noon. Aku jadi tidak sabar.” Jawab ChanYeol seraya menerawang.
“Oh, aku ikut senang.” Jawab Tiffany datar.
ChanYeol mengangkat kepalanya dan melihat Tiffany yang sedang mengaduk-aduk makanannya “Noona, apa kau tidak suka?” tanyanya dengan nada menyelidik.
“ani. Aku senang kau bisa meraih mimpimu.” Jawab Tiffany tak mengalihkan pandangannya dari makanan di hadapannya.
“lalu, mengapa kau menjawab seperti itu? Datar.” Tanya ChanYeol lagi.
Tiffany langsung memandang  ChanYeol heran. “memangnya aku menjawab begitu?” tanyanya innocent.
“ya setidaknya begitu menurutku.” Jawab ChanYeol seraya mengaduk-aduk mi ramen di depannya.
“aku senang. Dan aku bangga padamu. Hanya saja... aku takut..” Tiffany menggantung ucapannya.
“takut apa?” tanya ChanYeol penasaran.
“aku takut kau nanti terlalu sibuk dan melupakanku. Kau tidak lagi punya waktu untukku. Kita tidak bisa lagi ke XiauCaffe. Kita tidak bisa lagi pergi bersama. Kita tidak bisa lagi menghabiskan waktu bersama-sama.” Jawab Tiffany panjang lebar.
“aku tidak akan membiarkannya, Noon. Meskipun aku sibuk. Aku tidak akan melupakanmu. Kita akan terus seperti ini. Tidak ada yang perlu berubah diantara kita!” jawab ChanYeol tegas.
***
ChanYeol sedang menunggu Tiffany kuliah dengan bermain laptop di pinggir lapangan. Seperti biasa, dia akan selalu menunggu kuliah pagi Tiffany. Meskipun saat itu dia hanya ada kuliah siang. ChanYeol dan Tiffany memang bersahabat sejak kecil. Namun, saat umur 5 tahun, Tiffany pindah ke Amerika, dan saat umur 11 tahun dia kembali ke Korea.
“ya! Kau menunggu Tiffany Noona lagi?” tanya Sehun yang baru saja datang bersama Kai.
“iya.” Jawab ChanYeol singkat lalu melanjutkan bermain game nya.
“kenapa kalian tidak pacaran saja sih?” tanya Kai.
“haish, kau ini bicara apa heh?” respon ChanYeol kaget.
“kalian terlihat mesra. Seperti sepasang kekasih.” Kali ini Sehun ikut menimpali.
“sudah-sudah tidak usah dibahas. Oh, iya, Kalian juga lolos audisi Star Entertaiment kan?” tanya ChanYeol mengalihkan pembicaraan.
“iya. Aku senang sekali. Aku fikir kemarin tidak masuk. Karena saat aku audisi keadaanku tidak begitu fit.” Jawab Kai cepat.
“formulirku bahkan sempat hilang. Jadi aku sudah pesimis. Tapi ternyata di terima. Bangga sekali kita bertiga bisa mewakili Universitas Kyunghee.” Jawab Sehun. Lalu merekapun hanyut dalam pembicaraan sampai Tiffany keluar dari kelas.
“sedang apa kalian disini?” tanya Tiffany bingung yang sedang bersama YoonA.
“annyeonghaseyo. Noona sudah selesai kuliah?” Sapa Kai ramah. Tanpa menggubris pertanyaan Tiffany.
“annyeonghaseyo” jawab Tiffany dan YoonA bersamaan.
“iya baru saja. Kalian masih mau berbincang? Kalau begitu aku pergi dulu ya.” lanjut Tiffany.
“mau kemana, Noon?” tanya ChanYeol.
“kami mau ke perpustakaan. Meminjam buku.” Jawab YoonA.
“Oh baiklah, aku tunggu disini ya.” Jawab ChanYeol.
***
Tiffany dan YoonA pun berjalan melewati lapangan. Hari itu cuaca sangat panas. Tidak seperti biasanya.
Saat berjalan melewati lapangan kepala Tiffany begitu sakit, ia sampai memegang kepalanya.
“Fany-ah, gwenchana?” tanya YoonA khawatir saat melihat wajah Tiffany yang pucat.
“gwenchana.” Jawab Tiffany lirih.
“tapi wajahmu sangat pucat.” Jawab YoonA lagi. Belum sempat Tiffany menjawab ia sudah tergeletak di tengah lapangan yang terik itu. YoonA dengan sigap menahan badannya meskipun tetap terjatuh.
Dari kejauhan ChanYeol berlari menghampiri Tiffany.
“Noona! Ya Noona! Gwenchanayo?”  ChanYeol menepuk-nepuk pipi Tiffany. Seketika merekapun di kerumuni banyak orang. Tidak ada respon dari Tiffany, malah dari hidungnya mengeluarkan darah.
“omo! Tiffany mimisan. ChanYeol-ah, cepat bawa dia ke ruang kesehatan.” Kata YoonA panik. Dengan sigap ChanYeol menggendong Tiffany ke ruang kesehatan, diikuti oleh YoonA yang membawa tas Tiffany. Sepanjang jalan darah tidak berhenti-berhenti keluar dari  hidungnya. Bahkan kini baju Tiffany dan ChanYeol penuh darah.
Sesampainya di ruang kesehatan, Tiffany ditangani oleh dokter ruang kesehatan dan TaeYeon yang sedang bertugas.
“dia kenapa? Banyak sekali darah yang keluar.” Tanya Kim seongsaenim.
“entahlah, tadi dia  sedang berjalan di lapangan lalu pingsan. Dan mimisan.” Jelas YoonA. ChanYeol hanya bisa memandangi Tiffany dengan miris.
“baiklah, kalian bisa menunggu di luar.”  Jawab Kim seongsaenim. Lalu ChanYeol dan YoonA keluar.
“bajumu...” YoonA angkat bicara saat mereka sama-sama diam.
“gwenchana, Noona. Aku membawa jaket.” Jawab ChanYeol.
***
Keesokan harinya Tiffany tidak kuliah karena masih sakit. Dan ChanYeol pun mulai trainee, di Star Entertaiment. Rencananya sepulang dari trainee ChanYeol akan menjenguk Tiffany dirumah. Namun spertinya tidak bisa, karena jadwal traineenya sampai jam 10 malam.
Hari itu keadaan Tiffany sangat tidak baik. Ayah Tiffany sempat ingin membawanya ke rumah sakit, tetapi Tiffany menolak. Hari itu YoonA juga datang untuk menjenguk Tiffany.
“Fany-ah, bagaimana keadaanmu?” tanya YoonA khawatir.
“ku rasa tidak ada perubahan. Kepalaku sangat sakit.” Jawab Tiffany yang sedang berbaring di ranjangnya.
“tadi malam Eonni juga mimisan lagi.” Sahut SeoHyun, adik Tiffany.
“apa sebaiknya kau di bawa kerumah sakit saja?” tanya usul YoonA.
“ah aniya. Aku tidak suka rumah sakit. Aku juga masih bisa menahan sakit ini. Biarkanlah.” Jawab Tiffany.
“ChanYeol sudah menjengukmu?” tanya YoonA lagi.
“ChanYeol Oppa sedang training. Jadi dia tidak bisa menjenguk Eonni. Mungkin besok.” Jawab SeoHyun lagi.
“tapi tadi pagi dia sudah mengirimiku pesan dan menelponku.” Lanjut Tiffany.
***
ChanYeol’s POV
Andaikan aku bisa berpura-pura sakit dan izin pulang mungkin sudah ku lakukan. Sayangnya aku tidak bisa membuat wajahku pucat.
Aku ingin sekali menjenguk Tiffany Noona. Tapi jadwal latihanku sampai jam 10 malam. Hashh, jinjja!
“hey, kau kenapa melamun?” tiba-tiba seorang yeoja mengagetkanku.
“eh? Aniya. Aku tidak melamun.” Jawabku terkekeh.
“jelas-jelas kau melamun. Oh iya, namaku SooYoung. Kau siapa?” yeoja itu mengulurkan tangannya.
“aku ChanYeol. Park ChanYeol.” Aku menjabat tangannya. Gadis ini sepertinya periang. Dia selalu tersenyum.
***
Hari ini aku menyempatkan diri untuk menjenguk Tiffany Noona. Jadi jam 7 pagi aku sudah ada disini. Dirumah keluarga Hwang.
“kau tidak ada latihan hari ini?” tanya Tiffany Noona.
“aku latihan jam 10.” Jawabku seadanya seraya bermain game di HPnya.
“sekarang sudah jam 9, kau tidak bersiap-siap?” tanya Tiffany Noona lagi.
“tenang saja, Noona. Tempat latihanku tidak jauh dari rumahmu.” Jawabku, kali ini aku menatapnya.
“hari ini hujan. Bus susah di cari. Kau mau terlambat di awal kau jadi trainee?”
“hashh, arraso arraso. Baiklah aku akan pergi sekarang. Ku fikir kau sangat merindukanku.” Dengusku.
“ya! Kau ini sangat percaya diri.” Tiffany Noona terkekeh seraya memukul lenganku.
“hehe, aku pergi dulu ya, Noona. Jaga kesehatanmu. Kalau ada apa-apa kau harus beritahu aku.” Ucapku seraya mengusap puncak kepalanya. Lalu aku pergi.
***
Author’s POV
Ada banyak finalis yang sedang berlatih di StarEnt jadi pelatih membaginya jadi beberapa kelompok. Dan ChanYeol mendapat kelompok 2 ia bersama dengan Oh Sehun, Choi SooYoung, Kim HyoYeon, Kim JongIn dan Lee TaeMin.
Hari itu memang melelahkan, namun ChanYeol sangat senang karena teman satu grupnya sangat kompak. Sehabis mereka latihan mereka mampir ke rumah makan dekat mereka latihan.
“besok kita libur, berarti tidak latihan. Ah aku bisa bangun sesukaku.” Kata Sehun bersemangat seraya memakan kimchi kesukaannya.
“ya Sehun-ah, kita masih harus meneliti tumbuh-tumbuhan di gunung. Mana bisa kau bangun semaumu.” Sahut Kai.
“ah iya aku lupa. Berarti rencanaku harus gagal lagi.” Jawab Sehun lesu dengan mulutnya yang penuh makanan.
“kalian kuliah jurusan apa sih memangnya?” tanya SooYoung.
“jurusan farmasi. Pasti kalian akan tertawa.” Jawab Kai.
“kau? Kalian? farmasi? Apa kalian tidak salah mengambil jurusan?” tanya TaeMin tidak percaya.
“awalnya akupun tidak percaya mereka bisa mengambil jurusan farmasi. Mana ada mahasiswa jurusan farmasi yang penampilannya seberantakan mereka.” Sahut ChanYeol.
“kami kan calon apoteker yang bergenre hip-hop. Hahaha.” Ujar Kai tertawa.
“jangan sampai kau melatih pelangganmu menari, ya?” Kata HyoYeon, lalu semua tertawa.
Semuanya larut dalam perbincangan sampai waktu menunjukkan pukul 11 malam. Dan mereka pun pulang. Semuanya mabuk karena terlalu banyak minum. Yang sadar hanya HyoYeon, ChanYeol, dan SooYoung. Karena malam itu SooYoung membawa mobil akhirnya ia mengantar semua teman satu timnya. Dan terakhir, dia mengantar ChanYeol.
“terima kasih ya, sudah mengantarku sampai rumah.” Ujar ChanYeol tersenyum.
“ah iya tenang saja. Selama aku bisa membantu, aku akan membantumu.” Jawab SooYoung tersenyum. Menampakkan lesung di pipi kirinya.
“Oh iya, besok lusa kau pergi dengan siapa? Mau aku jemput?” tawar SooYoung saat ChanYeol akan membuka pintu mobil.
“hmm, sepertinya sendiri. Kalau kau tidak keberatan boleh saja.” Jawab ChanYeol.
“ah oke. Aku akan menjemputmu pukul setengah sepuluh. Yasudah kau masuk saja.” Ujar SooYoung senang.
“baiklah. Kau hati-hati di jalan ya. Selamat malam.” Jawab ChanYeol lalu membuka pintu mobil.
SooYoung membuka kaca mobil lalu berteriak “mimpi yang indah ya!” lalu melambaikan tangannya. ChanYeol hanya tersenyum seraya membungkukkan badannya.
Setelah itu SooYoung pergi dan menuju rumahnya.
***
Keesokan harinya Tiffany sudah bisa pergi ke kampus. Biasanya ia di jemput ChanYeol. Tapi kali ini ia berangkat sendiri. Entah kenapa, ChanYeol tidak menjemputnya. Daripada ia terlambat, jadi Tiffany memilih pergi sendiri.
Tiffany menghabiskan jam istirahantnya di perpustakaan untuk membaca novel kesukaannya. Ia tidak ingin terlalu lelah, karena kondisinya belum terlalu baik. Sampai siang hari pun ChanYeol belum kelihatan. SMS nya pun belum di balas sampai sekarang. Telpon juga tidak diangkat. Bahkan saat ini nomornya sudah tidak aktif.
Sebenarnya Tiffany sangat khawatir. Dia ingin kerumah ChanYeol. Namun setengah jam lagi ia masih ada jam kuliah. Jadi ia hanya bisa menunggu dengan khawatir.
***
“ya!!! ChanYeol-ssi ireona!” SooYoung mengguncang-guncangkan badan ChanYeol yang sedari tadi ia bangunkan. SooYoung memencet hidung ChanYeol, sehingga ia tidak bisa bernafas. Dan akhirnya ChanYeol terbangun.
“ya! Kau mengganggu tidurku saja.” Gerutu ChanYeol. SooYoung hanya tertawa geli.
“kau? Bagaimana kau bisa ada disini?” tanya ChanYeol kaget saat sadar yang membangunkannya adalah SooYoung.
“aku menelpon dan mengirimimu pesan dari tadi pagi. Tidak ada respon sama sekali. Bahkan nomormu sekarang tidak aktif.” Jawab SooYoung sebal.
ChanYeol langsung membuka ponselnya “batraiku ternyata habis.” Dengusnya.
“pantasan saja. Ku fikir kau marah karena aku telpon terus.” Jawab SooYoung.
“tidak mungkin. Aku hanya terlalu lelah. Jadi aku belum bangun.” Jawabnya seraya bangkit untuk meng-charge ponselnya. “Oh iya, memangnya ada apa kau menelponku?” tanyanya kemudian.
“aku ingin memintamu menemaniku mencari kaset dance dan rapp terbaru.”
“Oh yasudah aku mandi dulu. Tunggu ya.” Lalu ChanYeol menuju kamar mandi. Dan SooYoung menunggu di ruang tamu.
Ibu ChanYeol sangat ramah. Ia sempat berbincang dengan Ibu ChanYeol. Di ruang tamu itu banyak sekali foto terpampang. Di dinding ada foto besar keluarga Park. ada 4 orang disana. Sepertinya ChanYeol mempunyai kakak perempuan. Dan di bufet banyak foto-foto juga. SooYoung berdiri dan mengamati satu persatu foto itu.
Ada foto masa kecil ChanYeol yang sangat lucu. Ada yang dia bersama Ibu dan kakaknya, bersama ayahnya. Dan ada juga ChanYeol berfoto dengan dua orang wanita. Salahsatunya adalah kakaknya. Tetapi SooYoung tidak mengenali wanita satunya lagi.
“wanita ini cantik. Siapa dia? Apa ChanYeol mempunyai kakak lagi? Eyes smilenya sangat indah. Putih. Dan sepertinya mereka sangat dekat.” Gumam SooYoung. Foto wanita itu juga tidak hanya satu.
“dia Tiffany Hwang. Sahabat ChanYeol dan YuRa sejak kecil. Cantik ya.” Tiba-tiba Ibu ChanYeol ada di belakang SooYoung. Ia sedikit terlonjak kaget.
“nde, gadis ini cantik sekali. Dimana dia sekarang?” tanya SooYoung.
“mungkin sedang kuliah. Dia baru saja sembuh dari sakitnya. Biasanya dia kesini. Tapi beberapa hari ini aku tidak melihatnya.” Jawab Ibu ChanYeol.
“mereka sangat dekat?” tanya SooYoung lagi.
“ya, tentu. Tiffany sudah seperti kakak kandung ChanYeol. Juga sudah seperti adik YuRa.” Jawab Ibu ChanYeol tersenyum. Tiba-tiba ChanYeol datang. Ia sudah berpakaian rapi. Jeans biru dengan kemeja putih.
“ayo, berangkat sekarang.” Ajaknya. Lalu mereka berpamitan pada Ibu ChanYeol dan pergi.
ChanYeol dan SooYoung menuju toko kaset langganan SooYoung. Ternyata SooYoung membeli banyak kaset. ChanYeol sampai terheran-heran.
“aigoo! Ponselku ketinggalan.” Pekik ChanYeol.
“kau ini teledor sekali. lalu bagaimana?” Gerutu SooYoung.
“hash, aku lupa. yasudahlah biarkan saja, ponselku juga sedang di charge. mau bagaimana lagi?"jawab ChanYeol pasrah.
Setelah dari toko kaset mereka menuju ke toko baju di mall. Karena SooYoung ingin membeli baju untuk latihannya. Dan mereka menuju cafe untuk makan. ChanYeol merasa nyaman dengan SooYoung. Menurutnya SooYoung adalah gadis yang periang dan berwawasan luas. Saking asyiknya mereka, ChanYeol sampai melupakan seseorang.
***
“ChanYeol sudah pergi dari tadi siang. Kau sudah sembuh, Fany-ah?” ujar Ibu ChanYeol saat Tiffany kerumah ChanYeol.
“ah berarti aku terlambat ya.” Kata Tiffany lesu “Yah belum sembuh total. Tetapi aku sudah lebih baik. Eomma apa kabar? Sepertinya lama kita tidak bertemu.” Lanjutnya.
“aku baik-baik saja. Bahkan sangat baik.” Jawab Ibu ChanYeol terkekeh.
“ah syukurlah. ChanYeol pergi kemana, eomma?” tanya Tiffany lagi.
“molla. Dia tidak bilang. Tadi dia dijemput SooYoung, teman satu timnya di  tempat traineenya.” Jawab Ibu ChanYeol. Seketika jantung Tiffany berdetak kencang. Kenapa perasaannya menjadi tidak enak? Sepertinya hatinya sangat sakit.
“ohh, yasudah YuRa Eonni belum pulang, eomma?” tanya Tiffany lagi.
“mungkin sebentar lagi. Tunggu saja.” Lalu Tiffany berbincang dengan Ibu ChanYeol sampai YuRa datang dan kini mereka berbincang bertiga.
***
Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. ChanYeol tidak juga datang. Akhirnya Tiffany memutuskan untuk pulang. Tadinya YuRa ingin mengantarnya. Tetapi Tiffany tidak mau. Ia ingin naik bus saja. Padahal malam itu udara sangat dingin.
 Tiffany menyusuri trotoar dengan langkah lunglai. Karena keadaannya sekarang belum begitu pulih. Terlebih lagi ia lelah dan udara sangat dingin yang menembus mantelnya. Dia kecewa. Sangat kecewa, ChanYeol yang biasanya selalu bersamanya, hari ini hanya memberi kabarpun tidak ada.....
***
ChanYeol’s POV
Aku memang bodoh sekali, bagaimana bisa aku melupakan Tiffany Noona? Hash. Aku baru membuka ponselku saat aku pulang kemarin malam. Dan aku melihat ada 30 pesan dan 45 panggilan tidak terjawab. Sebagian dari SooYoung, Kai, Sehun dan mayoritas dari Tiffany Noona. Aku sudah mengecewakannya. Dan satu pesan yang sangat membuatku bersalah:
“kalau kau membuka pesan ini berarti kau sudah pulang dan akan tidur. Mimpi yang indah, ChanYeol-ah. Jangan terlalu lelah. Maaf kalau aku memenuhi inbox mu. Ini pesanku yang terakhir”
Kenapa aku menjadi namja yang begitu jahat? Ah, bodoh sekali.
Dan sekarang, Tiffany Noona ada disampingku. Dia duduk dalam diamnya, wajahnya masih pucat. Dia memang tidak marah denganku. Ia tidak menolak jemputanku dan mengatakan kejadian kemarin bukan masalah. Tetapi aku merasa ada yang berubah, dia tidak seceria biasanya, apa karena dia sakit? Atau ada sesuatu?
“Noona...” aku membuka percakapan seraya menyetir.
“nde.” Jawabnya lemah. Wajahnya fokus kedepan.
“kau sungguh tidak marah?” tanyaku memastikan.
“tidak. Untuk apa aku marah? Kau kan hanya jalan-jalan. Gwenchana.” Jawabnya tersenyum kearahku. Sekilas aku menoleh. Wajahnya sangat pucat. Ada kantung hitam di bawah matanya.
“kau baik-baik saja kan, noon?” tanyaku sedikit khawatir.
“aku baik-baik saja.” Jawabnya seadanya.
“wajahmu sangat pucat. Kau sebenarnya sakit apa? Kenapa kau tidak pernah cerita padaku?” tanyaku, lebih tepatnya desakku.
“aku hanya kelelahan.” Jawabnya singkat. Ah, ada apa dengan Noonaku ini. Aku tau dia berbohong.
.....to be continue.....

9 komentar:

  1. lanjut unn^^ bagus masa --

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya segera yahh :)) notebook lagi rusak jadi gabisa di pos :( pdhl udh slse

      Hapus
  2. lanjuttt unneeh...gua nunggu dari dulu masa part selanjutnya,tapi kaga ada mele...secepatnya di post ye unneh,mwah

    BalasHapus
  3. mana lanjutannya. gue tunggu2 malah kagak ada......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf banget T.T update nya setelah bertahun2. silahkan check latest update :)

      Hapus
    2. Maaf banget T.T update nya setelah bertahun2. silahkan check latest update :)

      Hapus